Rabu, 19 Desember 2012

Menyusui – Mengawali dengan Benar

Menyusui adalah cara yang alami dan normal untuk memberikan nutrisi pada bayi dan batita, dan ASI adalah susu yang dibuat khusus untuk bayi manusia. Mengawali dengan benar membantu untuk memastikan bahwa menyusui merupakan pengalaman yang menyenangkan untuk ibu dan bayi. Menyusui seharusnya mudah dan tidak sulit bagi kebanyakan ibu.
Kebanyakan ibu sangat mampu menyusui bayi mereka secara eksklusif selama 6 bulan. Bahkan kenyataannya kebanyakan ibu memproduksi ASI lebih dari cukup. Sayangnya, kebijakan dan kebiasaan yang sudah ketinggalan jaman di RS yang menggunakan susu botol masih sering terjadi di sebagian besar institusi pelayanan kesehatan dan membuat kegiatan menyusui menjadi sulit, bahkan tidak mungkin, untuk banyak ibu dan bayi. Seringkali juga, ibu-ibu tersebut menyalahkan diri mereka sendiri. Agar menyusui dapat dilakukan dengan baik dan benar, mengawali dengan cara terbaik sejak hari pertama dapat memberikan hasil yang sangat berbeda. Tentu saja, bahkan dengan permulaan yang kurang baik, banyak ibu dan bayi yang berhasil melakukannya. Dan ya, banyak ibu cukup meletakkan bayi ke payudaranya dapat langsung berhasil menyusui.
Prinsip dasar dari menyusui adalah membuat bayi melekat dengan baik. Bayi yang melekat dengan baik akan mendapatkan ASI dengan baik pula. Bayi yang tidak melekat dengan baik akan lebih sulit mendapatkan ASI, terutama jika ASI sedikit. Produksi ASI di awal kelahiran memang sedikit; ini hal yang normal dan alamiah, akan tetapi apabila bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Inilah sebabnya mengapa banyak ibu “tidak memiliki cukup kolostrum”. Hampir semua ibu mempunyai cukup kolostrum tetapi bayinya tidak mendapatkannya.  Bayi tidak membutuhkan ASI yang banyak di hari-hari pertama, tapi sesuai dengan kebutuhannya.
Bahkan bila produksi ASI seorang ibu banyak, mencoba menyusui bayi dengan pelekatan yang kurang baik sama halnya dengan memberikan susu pada bayi dengan menggunakan botol susu dengan lubang dot yang terlalu kecil – botolnya penuh dengan susu, tapi sang bayi tidak memperoleh banyak susu atau mendapatkannya dengan sangat lambat – sehingga bayi dapat menghisap payudara dengan waktu yang lama atau menjadi sering menyusu atau tidak menyukai saat menyusu, hal-hal yang membuat ibu yakin bahwa ASInya sedikit, padahal sebenarnya tidak.
Jika pelakatan bayi tidak baik, ia juga dapat menyebabkan nyeri pada puting ibunya. Dan, bila pada saat yang sama bayi tidak mendapatkan cukup ASI, bayi akan menyusu lama, sehingga ibu semakin kesakitan.  Seringkali ibu diberitahu bahwa bayinya sudah melekat dengan baik, tapi memang mudah mengatakan bahwa bayi sudah melekat dengan baik bahkan pada saat sebenarnya tidak. Para ibu juga mendapat banyak informasi yang membingungkan dan bertolakbelakang dari buku, majalah, internet, keluarga dan petugas kesehatan. Banyak tenaga kesehatan yang mendapatkan sedikit pelatihan tentang bagaimana mencegah masalah-masalah menyusui dan bagaimana mengatasinya bila masalah tersebut terjadi. Berikut adalah beberapa cara agar menyusui terasa lebih mudah:
  • Bayi seharusnya langsung mendapatkan kontak kulit dengan ibunya dan menyusu segera setelah ia lahir. Mayoritas bayi yang baru lahir dapat kontak kulit dengan ibunya dan diberi kesempatan menyusu dalam beberapa menit  setelah dilahirkan. Bahkan, penelitian membuktikan bahwa, bila diberi kesempatan, banyak bayi berusia beberapa menit dapat merayap ke arah payudara dari perut si ibu, melekat¸ dan mulai menyusu sendiri. Proses ini bisa hanya memerlukan waktu beberapa menit atau hingga satu jam atau lebih, tapi ibu dan bayi sebaiknya diberikan waktu ini (setidaknya satu atau dua jam pertama) berdua untuk mulai saling mengenal satu sama lain.  Proses ini tidak membutuhkan usaha apapun dari ibu, dan alasan yang menyatakan bahwa hal tersebut tidak bisa dilakukan karena ibu terlalu lelah setelah melahirkan merupakan alasan yang tidak masuk akal, polos dan sederhana.
  • Bayi sebaiknya tetap mendapatkan kontak kulit dengan ibunya sebanyak mungkin segera setelah lahir dan pada minggu-minggu pertama dalam kehidupannya. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kontak kulit antara ibu dan bayi dapat membuat bayi tetap hangat sebagaimana di dalam inkubator (lihat paragraph kontak kulit di bawah ini, dan lembar informasi Pentingnya Kontak Kulit). Memang benar bahwa mungkin saat ini banyak bayi secara umum tidak melekat dan menyusu, hal ini bukan masalah, dan tidak ada ruginya menunggu bayi mulai menyusu. Kontak kulit merupakan hal yang baik dan sangat penting untuk ibu dan bayi bahkan bila bayinya tidak melakukan pelekatan.
  • Kontak kulit membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya: pernapasan dan detak jantung bayi lebih normal, oksigen dalam darah lebih banyak, suhu tubuh lebih stabil dan kadar gula darah lebih tinggi. Lebih jauh, ada beberapa bukti yang bagus bahwa bayi yang mendapatkan kontak kulit pada hari-hari dan minggu-minggu pertama dalam hidupnya, (bukan hanya saat menyusu) perkembangan otaknya lebih baik. Saat ini juga diketahui bahwa otak berkembang dengan cara tertentu hanya karena kontak kulit ini, dan pertumbuhan penting ini terjadi lebih banyak pada 3-8 minggu pertama usia bayi.
  • Pelekatan yang benar sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ini adalah kunci keberhasilan menyusui. Sayangnya, kebanyakan ibu "dibantu" oleh orang yang tidak tahu bagaimana pelekatan yang benar. Jika Anda diberitahu bahwa posisi pelekatan bayi Anda yang berusia dua hari sudah benar walaupun puting Anda sangat lecet, Anda perlu ragu dan minta bantuan orang lain. Sebelum Anda meninggalkan RS, sebaiknya Anda sudah ditunjukkan bahwa bayi Anda telah melekat dengan benar dan benar-benar memperoleh ASI dan Andatahu bagaimana mengetahui apakah ia mendapatkan ASI (mulut terbuka lebar - jeda - menutup mulut). Lihat juga video bagaimana pelekatan bayi. Ada juga beberapa video klip bayi-bayi berusia kurang dari 48 jam yang menyusu dan tidak hanya menghisap. Jika Anda dan bayi meninggalkan RS tanpa mengetahui hal ini, segera cari bantuan orang yang berpengalaman (lihat juga lembar informasi Ketika Melekat).
Taking the baby off the breast and latching him on again and again only multiplies the pain and the damage and the mother’s and baby’s frustration.
Catatan: Para ibu seringkali diberitahu bahwa jika menyusui terasa menyakitkan, berarti bayi tidak melekat dengan baik (yang biasanya benar), sehingga ibu harus melepaskan bayi dan kemudian mencoba pelekatan lagi dan lagi dan lagi... Ini bukan cara yang tepat. Daripada melepas dan mengulang pelekatan, sebaiknya perbaiki pelekatan sebisa mungkin dengan cara mendorong pantat bayi ke tubuh Anda dengan lengan. Kepala bayi akan mendongak sehingga hidungnya dalam ‘posisi mengendus’. Bila perlu, ibu dapat mencoba menarik lembut dagu bayi sehingga sebagian besar payudara masuk ke mulut bayi. Bila cara tersebut tidak berhasil, jangan lepaskan bayi dari payudara dan melekatkan berulang kali, karena biasanya, rasa sakit di puting akan mereda.  Pelekatan dapat diperbaiki di payudara satunya atau saat menyusui berikutnya. Melepaskan bayi dari payudara lalu melekatkannya lagi dan lagi hanya akan menambah rasa sakit dan luka, dan membuat ibu dan bayi makin frustrasi.
  • Ibu dan bayi sebaiknya bersama-sama dalam satu kamar (rawat gabung/room in). Sama sekali tidak ada alasan medis bagi ibu dan bayi yang sehat untuk dipisahkan satu dengan lainnya, bahkan untuk jangka waktu yang singkat, bahkan setelah operasi caesar. Fasilitas kesehatan yang biasa memisahkan bayi dan ibu setelah kelahiran berarti tidak melakukan hal yang benar kepada ibu dan bayi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rawat gabung meningkatkan keberhasilan, bayi lebih tenang dan ibu lebih bahagia sebagaimana padatahun 1930-an.  Seringkali, alasan-alasan yang tidak relevan diberikan agar bayi dipisahkan.  Salah satu contoh adalah bahwa bayi menelan mekonium sebelum lahir.  Seorang bayi yang menelan mekonium dan baik-baik saja beberapa menit setelah lahir, akan baik-baik saja dan tidak perlu diletakkan dalam inkubator untuk "observasi" selama beberapa jam.
  • Memisahkan ibu dan bayi agar ibu dapat beristirahat. Tidak ada bukti bahwa ibu yang dipisahkan dari bayi mereka akan beristirahat dengan lebih baik. Kebalikannya, ibu akan beristirahat lebih baik dan stres lebih ringan ketika bersama bayi. Ibu dan bayi belajar bagaimana tidur dengan irama yang sama. Dengan demikian, saat bayi mulai bangun untuk menyusu, maka ibu juga akan bangun dengan sendirinya. Ini tidak semelelahkan seperti jika ibu terbangun dari tidur lelap, seperti yang sering terjadi jika bayi ada di tempat lain saat ia terbangun. Jika ibu diajari bagaimana menyusui dengan posisi tidur bersisian, maka ia akan dapat istirahat dengan lebih baik.
  • Tanda-tanda bayi akan menyusu. Bayi menunjukkan tanda-tanda lapar jauh sebelum mulai menangis. Nafasnya mungkin berubah, misalnya. Atau ia mulai menggeliat. Ibunya, yang tidur bersama bayi, akan terbangun, ASInya akan mulai mengalir dan bayi dengan tenang akan menyusu sampai puas. Bayi yang terlanjur menangis untuk beberapa saat sebelum didekatkan ke payudara mungkin akan menolak menyusu, walaupun ia sudah kelaparan. Ibu dan bayi harus dianjurkan untuk tidur bersisian di RS. Ini cara yang baik agar ibu dapat beristirahat sembari bayi menyusu. Menyusui seharusnya menenangkan, bukan melelahkan.
  • Memandikan bayi.  Tidak ada alasan untuk memandikan bayi segera setelah lahir dan memandikan bayi dapat ditunda beberapa jam. Segera setelah lahir, bayi dapat dikeringkan tetapi jangan membersihkan lapisan putih di kulit bayi (vernix) yang melindungi kulit bayi yang halus. Sebaiknya menunggu sampai ibu dan bayi mendapat kesempatan untuk memulai menyusu dengan baik, di mana bayi diletakkan di dada ibu dan melekat dengan mudah.  Lebih lanjut, memakaikan popok ke bayi sebelum bayi menyusu tidak disarankan karena seringkali membuat bayi marah.  Ibu kadang-kadang diberitahu untuk memakaikan popok ke bayi akan membuat bayi tetap bangun. Tidak perlu membangunkan bayi untuk menyusu.  Bila bayi mendapat kontak kulit dengan ibunya, bayi akan bangun saat siap dan mencari payudara.  Seorang bayi yang menyusu dengan baik akan memberitahu ibunya untuk menyusu. Menyusui dengan menggunakan jadwal/ waktu sangatlah tidak masuk akal.
  • Dot/empeng sebaiknya tidak diberikan pada bayi. Nampaknya ada beberapa kontroversi tentang apakah "bingung puting" ada. Dengan demikian, di hari-hari pertama ketika ibu biasanya hanya memproduksi sedikit ASI (seperti seharusnya), dan  bayi diberikan susu dari botol (seperti seharusnya?) dimana ia mendapatkan aliran yang deras, bayi kemudian akan cenderung lebih memilih metode dengan aliran yang deras. Bayi lebih menyukai aliran yang deras. Anda tidak perlu menjadi orang yang sangat pintar untuk mengerti hal tersebut dan bayi juga mengerti dengan sangat cepat. Sebenarnya, yang bingung bukanlah bayi. Bingung puting melibatkan serangkaian masalah, termasuk bayi tidak tidak dapat menyusu di payudara ibu dengan benar, sehingga ia tidak dapat memperoleh ASI dengan baik dan/atau sang ibu mengalami luka pada puting. Hanya karena bayi dapat "menerima keduanya" (menyusu dari payudara dan botol) bukan berarti botol susu tidak memiliki dampak negatif. Karena sekarang banyak alternatif tersedia jika bayi perlu diberikan asupan tambahan (lihat lembar informasi tentang Alat Bantu Menyusui, dan Memberikan Minum dengan Jari dan Cangkir) mengapa harus menggunakan dot? Menggunakan alat bantu menyusui, menggunakan jari atau cangkir untuk memberi minum bayi ketika bayi tidak membutuhkan tambahan asupan hanya sedikit lebih baik daripada memberikan tambahan asupan dengan menggunakan botol dot.
  • Jangan batasi lama atau frekuensi menyusui. Bayi yang menyusu dengan benar tidak akan menyusu selama berjam-jam (lihat video bayi yang masih kecil menyusu dengan baik). Jika bayi menyusu dengan waktu yang sangat lama, biasanya karena bayi tidak melekat dengan baik dan tidak memperoleh ASI yang tersedia. Mintalah bantuan untuk memperbaiki pelekatan dan lakukan penekanan payudara agar bayi mendapat cukup ASI (lihat lembar informasi Penekanan Payudara/Breast Compression). Penekanan payudara bekerja sangat baik di hari-hari pertama menyusui agar kolostrum keluar dengan baik. Inilah yang akan membantu, bukan empeng, bukan botol susu, bukan membawa bayi ke ruang bayi. Bayi sering menyusu pada hari-hari pertama – hal ini normal dan hanya sementara. Faktanya, bayi cenderung sering menyusu pada beberapa hari pertama terutama pada sore dan malam hari.  Hal ini normal dan membantu meningkatkan produksi ASI dan membantu mengembalikan ukuran rahim ibu.  Pelekatan yang baik, sambil menekan payudara, dan mempertahankan kontak kulit antara ibu dan bayi membantu masa tansisi ini berjalan lancar.
  • Pengganti ASI (tambahan air, air gula, atau susu formula) jarang sekali dibutuhkan. Kebanyakan pengganti ASI dapat dihindari dengan memastikan bayi menyusu dengan benar sehingga ia memperoleh ASI dengan baik. Jika ada yang memberitahu Anda untuk memberikan tambahan asupan tanpa mengamati cara Anda menyusui, minta bantuan pada seseorang yang lebih tahu. Tidak banyak indikasi untuk memberikan pengganti ASI, namun seringkali disarankan untuk “kenyamanan” atau berkaitan dengan kebijakan RS yang sudah lama. Kalaupun pengganti ASI dibutuhkan, seharusnya diberikan menggunakan alat bantu menyusui yang ditempelkan di payudara (lihat lembar informasi Alat Bantu Menyusui/Lactation Aid), bukan cangkir, jari, suntikan, atau botol. Tambahan yang terbaik adalah kolostrum ibu. Kolostrum dapat dicampur dengan 5% air gula untuk mendapat volume yang lebih banyak jika Anda tidak dapat memerah banyak pada awalnya. Memang sulit memerah awalnya karena meskipun produksi kolostrum cukup untuk bayi, memerah tidak selalu mudah bila ASI yang diproduksi sedikit, sebagaimana diharapkan pada hari-hari pertama. Formula sangat jarang dibutuhkan di beberapa hari pertama. (Lihat GamePlan for Protecting and Supporting Breastfeeding in the First 24 hours di Life and Beyond, yang dapat dipesan melalui nbci.ca).
  • Sampel gratis susu formula dan brosur dari perusahaan susu formula bukanlah hadiah. Hanya ada satu tujuan dari "hadiah" ini, yaitu membuat Anda menggunakan susu formula. Cara ini sangat efektif dan merupakan pemasaran yang tidak etis. Jika Anda memperolehnya dari tenaga kesehatan, Anda sebaiknya mempertanyakan pengetahuan serta komitmennya akan menyusui. "Tapi saya butuh susu formula karena si bayi tidak mendapat cukup ASI!" Mungkin, tapi lebih mungkin, Anda tidak memperoleh bantuan yang memadai dan bayi tidak memperoleh ASI yang tersedia. Bahkan jika Anda membutuhkan susu formula, tak seorang pun seharusnya menyarankan merk tertentu dan memberikan sampel gratis. Carilah bantuan yang benar. Sampel susu formula bukanlah bantuan.
Pada kondisi tertentu, bisa jadi ibu tidak dapat menyusui di awal kelahiran bayi. Namun, bagaimanapun juga, kebanyakan "alasan medis" (misalkan, obat pasca melahirkan) BUKANLAH alasan utk menunda atau berhenti menyusui, dan berarti Anda mendapat informasi yang salah. Lihat lembar informasi Pengobatan dan Menyusui dan juga Penyakit dan Menyusui). Segera cari bantuan yang benar. Bayi prematur (lihat lembar informasi Bayi Prematur dan Menyusui) seharusnya dapat menyusu sesegera mungkin, bahkan pada usia kurang dari 34 minggu yang sepertinya merupakan aturan di banyak fasilitas kesehatan. Beberapa penelitian saat ini menunjukkan dengan jelas bahwa bayi prematur relatif tidak stres dengan menyusu pada ibunya, dibandingkan menyusu dari botol. Sayangnya, terlalu banyak tenaga kesehatan yang menangani bayi prematur tidak memahami hal ini (lihat lembar informasi Bayi Prematur dan Menyusui).
Tidak melekat/Tidak menyusu? Bila karena beberapa alasan bayi tidak bisa menyusu, mulailah memerah kolostrum dengan tangan (seringkali lebih efektif daripada dengan pompa RS) sebaiknya dimulai sekitar 6 jam setelah melahirkan, atau segera setelah bayi diketahui tidak bisa menyusu pada payudara.  Lihat lembar informasi Bila Bayi Belum Dapat Meleka

Senin, 17 Desember 2012

MAKALAH PERJALANAN DAN PIMPINAN PERSALINAN DAN PELAHIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Pengertian Persalinan

 Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin dengan tanda-tanda rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah ( show ) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada (Saifuddin, 2006, Hlm.100).

1.2        Tujuan
Mengupayakan kelangsungan hidup dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.


 BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Anatomi Jalan Lahir
 
Jalan lahir dibagi menjadi bagian keras dan bagian lunak. Bagian keras terdiri dari tulang-tulanng panggul dan sendi. Sedang bagian lunak meliputi otot-otot, jaringan, dan ligamen. Tulang-tulang panggul terdiri atas os coxae (os ilium, os ischium, os pubis), os sacrum, dan os coxygeus. Antara os ilium dengan os sacrum terbentuk persendian articulatio sacroiliacum. Antara os sacrum dengan os coxygeus terbentuk persendian articulatio sacrocoxygeus. Simfisis pubis adalah persendian yang dibentuk oleh dua os pubis yang saling bertemu. Di luar kehamilan pergerakan sendi sangat sedikit. Saat kehamilan terjadi sedikit perenggangan.
 
Pelvis terbagi menjadi 2 bagian, yaitu pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor terletak di sebelah cranial dari aditus pelvis (di atas linea terminalis). Pelvis minor disebut pula sebagai pelvis sejati karena dindingnya dibentuk oleh tulang yang lebih sempurna, terletak di sebelah caudal aditus pelvis (di bawah linea terminalis). Bentuk pelvis minor berupa saluran dengan sumbu melengkung ke depan (sumbu Carus). Bidang atas berbentuk bulat dibatasi pintu atas panggul (pelvic inlet). Bidang bawah dibatasi pintu bawah panggul (pelvic outlet) dan di antara kedua bidang terdapat pelvic cavity.
 
Pintu atas panggul berbentuk bulat oval, dengan dibatasi oleh promontorium, sakrum, linea inominata, ramus superior ossis pubis, dan tepi atas simfisis. Ada 3 ukuran penting yang melibatkan pintu atas panggul, yaitu conjugata vera anatomica, conjugata vera obstretica, diameter transversa, dan diameter obliqua. Conjugata vera anatomica diukur dari promontorium ke tepi atas simfisis ossis pubis, panjang normal rata-rata 11 cm. Conjugata vera obstretica diukur dari promontorium ke tempat yang paling menonjol dari facies posterior simfisis ossis pubis, panjang rata-rata 10,5 cm. Diameter transversa adalah jarak terjauh yang ditarik pada linea terminalis antara dua titik yang sama, panjang rata-rata 13,5 cm. Diameter obliqua diukur dari articulatio sacroiliaca ke pecten ossis pubis sisi yang berlawanan, panjang rata-rata 12,5 cm.
 
Bidang tengah panggul adalah bidang dengan ukuran terkecil, terletak setinggi pinggir bawah simfisis, spina iskiadika kiri-kanan dan memotong sakrum sekitar 1-2 cm di atas ujung sakrum. Sulit pengukuran secara klinik. Kesempitan pintu bawah panggul biasanya disertai kesempitan mid-pelvic. Pintu bawah panggul terdiri atas 2 bidang segitiga dengan dasar garis yang menghubungkan kedua tuber iskiadikum kiri-kanan, dan puncak segitiga: ujung os sakrum, sisi : lig. sakrotuberosum. Segitiga depan : dibatasi oleh arkus pubis. Terdapat 3 ukuran, yaitu : conjugata diagonalis, conjugata recta, dan diameter transversa. Conjugata diagonalis diukur dengan vaginal toucher dari tepi bawah simfisis ke promontorium, panjang rata-rata 12-12,5 cm. Conjugata recta membentang dari tepi bawah simfisis samapai ujung os coxygeus, panjang 9-11,5 cm. Diameter transversa adalah jarak antara kedua tepi dorsal tuber ischiadicum, panjang rata-rata 11 cm.
 
Bidang hodge adalah bidang khayalan dalam panggul untuk menentukan berapa jauh bagian terendah janin turun ke dalam rongga panggul. Empat bidang Hodge sejajar satu sama lain : H I : sama dengan PAP, H II : melalui pinggir bawah simfisis, H III : melalui spina iskiadika, H IV : melalui ujung os koksigis (dasar panggul).
 
Bagian lunak jalan lahir terdiri dari otot-otot dan ligamenta yang meliputi dinding panggul sebelah dalam dan menutupi panggul sebelah bawah. Yang membentuk dasar panggul : diafragma pelvis,pars muskularis (m. levator ani), dan pars membranacea (Budianto, 2005; .
 
2.2  Fisiologi Persalinan
 
Pada sebagian besar masa kehamilan, uterus mengalami episode periodik kontraksi lemah dan lambat yang disebut kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini secara progresif semakin kuat menjelang akhir kehamilan, kemudian kontraksi ini berubah secara tiba-tiba, dalam beberapa jam, menjadi kontraksi yang sangat kuat sehingga mulai meregangkan serviks dan selanjutnya mendorong bayi melalui jalan lahir, dengan demikian menyebabkan persalinan. Kontraksi persalinan mengikuti semua prinsip umpan balik positif. Sekali kekuatan kontraksi menjadi lebih besar dari nilai kritisnya, setiap kontraksi akan menyebabkan kontraksi berikutnya menjadi semakin kuat sampai efek maksimum tercapai. Ada dua jenis umpan balik positif yang diketahui meningkatkan kontraksi uterus selama persalinan. Regangan serviks membuat seluruh korpus uteri berkontraksi, dan kontraksi ini lebih meregangkan serviks karena dorongan kepala bayi ke arah bawah. Regangan serviks juga menyebabkan kelenjar hipofisis mensekresikan oksitosin yang merupakan cara lain untuk meningkatkan kontraksi uterus (Guyton, 1997).
 
Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas kedalam darah. Impuls neural yang terbentuk dari perangsangan papilla mammae merupakan stimulus primer bagi pelepasan oksitosin sedangkan distensi vagina dan uterus merupakan stimulus sekunder. Estrogen akan merangsang produksi oksitosin sedangkan progesterone sebaliknya akan menghambat produksi oksitosin. Selain di hipotalamus, oksitosin juga disintesis di kelenjar gonad, plasenta dan uterus mulai sejak kehamilan 32 minggu dan seterusnya. Konsentrasi oksitosin dan juga aktivitas uterus akan meningkat pada malam hari.
 
Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk menginduksi persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin. Didalam uterus terdapat reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingkan dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses persalinan dimulai serviks akan berdilatasi sehinga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada otot, mungkin merupakan hal penting (Azrianti, 2009).
  
2.3  Persalinan Normal
 
Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, dengan presentasi belakang kepala, terdapat keseimbangan antara diameter kepala bayi dan panggul ibu, lahir spontan dengan tenaga ibu sendiri dan proses kelahiran berlangsung dalam kurang lebih 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. Sebagian besar persalinan adalah persalinan normal, hanya 12-15% merupakan persalinan patologis (Abkar, 2009).
 
Persalinan imatur adalah persalinan saat kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin antara 500-1000 gr. Persalinan prematur adalah persalinan saat kehamilan 28-36 minggu dengan berat janin antara 1000-2500 gr.
Gejala dan Tanda Persalinan :
1.      Keluarnya cairan lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina.
2.      Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
3.      Penipisan dan pembukaan serviks.

 Fase-Fase Persalinan


Proses persalinan dibagi menjadi 4 kala :


1. Kala I


Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I dibagi menjadi fase laten dan fase aktif. Fase laten berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm, berlangsung sekitar 8 jam. Fase aktif : pembukaan dari 4 cm sampai lengkap (10 cm), berlangsung sekitar 6 jam. Kontraksi pada fase aktif dianggap memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selam 40 detik. Kecepatan pembukaan serviks rata-rata 1 cm per jam (nulipara) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm perjam (multipara).
Fase aktif terbagi atas :
-         fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
-         fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm
-         fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm.
Selama persalinan berlangsung dilakukan pemantauan kondisi ibu dan janin. Hasil pemantauan dicatat dalam partograf. Hal-hal yang perlu dipantau : kemajuan persalinan, keadaan ibu, dan keadaan janin. His dikontrol tiap 30 menit pada fase aktif, pemeriksaan dalam tiap 4 jam, dan pemeriksaan luar tiap 2 jam. Keadaan ibu meliputi tanda vital, status kandung kemih, dan asupan makan, dikontrol tiap 4 jam. Keadaan janin diperiksa dengan memeriksa DJJ tiap 30 menit (Kampono dan Moegni, 2008).
 
2. Kala II

Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap. Berakhir pada saat bayi telah lahir lengkap. His menjadi lebih kuat, lebih sering (4-5 kali dalam 10 menit), lebih lama (40-50 detik), sangat kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2. Peristiwa penting :
-         Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul (di Hodge III).
-         Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat
-         Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
-         Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir (episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam
 
3. Kala III

Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap. Berakhir dengan lahirnya plasenta. Kala III merupakan periode paling kritis untuk mencegah perdarahan postpartum. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri. Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah. Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.
 
4. Kala IV

Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi. Sebelum meninggalkan wanita postpartum, harus diperhatikan beberapa hal, yaitu kontraksi uterus harus baik, tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genital lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap, kandung kemih harus kosong, luka-luka perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematom, bayi dan ibu dalam keadaan baik.
 
2.4  Kelainan pada Kehamilan dan Persalinan
 
Preeklamsia – Eklamsia

Preeklamsia dan eklamsia merupakan suatu rangkain penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan. Yang dimaksud dengan rangkain penyakit ialah bahwa eklamsia merupakan peningkatan lebih berat dari preeklamsia. Pada dasarnya kedua penyakit tersebut adalah sama.
 
Patofisiologi

Penyebab preeklamsia maupun eklamsia belum dapat diketahui dengan pasti. Teori yang sedang dikembangkan saat ini adalah mengenai adanya imunologik maladaptation. Pada preeklamsia berat, tubuh dan organ akan mengalami kelainan patologi anatomi, berupa perdarahan, infark, nekrosis, dan trombosis pembuluh darah kecil. Keadaan ini diyakini akibat adanya vasospasmus arteriola. Akibat dari perubahan tersebut , fungsi organ seperti plasenta, gunjal, hati, otak, mata, paru, dan adrenal akan menurun dan akan mengakibatkan morbiditas bahkan mortalitas ibu dan janin meningkat.
 
Penegakan Diagnosis

Kriteria diagnostik pre eklampsia ringan :

  1. Desakan darah 140/90 – 160/110 mmHg; kenaikan darah sistolik 30 mmHg atau lebih dan kenaikan darah diastolik 15 mmHg atau lebih, tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik pre eklampsia tetapi perlu observasi yang cermat.
  2. Proteinuria 300 mg/24 jam atau lebih jumlah urin atau dipstick +1 atau lebih.
  3. Edema
Kriteria diagnostik pre eklampsia berat

Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
 
Kriteria diagnostik eklamsia

Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.
 
Penatalaksanaan

Perawatan obstetri pasien pre eklampsia ringan :

-               Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
-               Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm.
-               Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
-               Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
-               Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
 
Cara persalinan

Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek kala II.
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medisinal.
Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal.
 
Tujuan pengobatan eklamsia :
-               Untuk menghentikan dan mencegah kejang
-               Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis
-               Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
-               Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin
 
Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi baik preeklamsia maupun eklamsia :
1. Solutio plasenta, lebih sering pada preeklamsia berat.
2. Hipofibrinogenemia
3. Hemolisis, ditandai dengan warna kulit penderita berwarna kuning.
4. Perdarahan otak
5. Kelainan pada mata
6. Edem paru
7. Nekrosis hati
8. Sindrom HELLP
9. Kelainan ginjal
10.
Prematuritas, dismatur, kematian janin dalam rahim



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
 
Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, dengan presentasi belakang kepala, terdapat keseimbangan antara diameter kepala bayi dan panggul ibu, lahir spontan dengan tenaga ibu sendiri dan proses kelahiran berlangsung dalam kurang lebih 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.
Gejala dan Tanda Persalinan :
1.      Keluarnya cairan lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina.
2.      Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
3.      Penipisan dan pembukaan serviks.
 
3.2 Saran
 
Para bidan agar selalu meningkatkan pengetahuan dan pengalamannya untuk meningkatkan kualitas dalam memimpin persalinan.

MAKALAH PENYESUAIAN FISIOLOGI IBU TERHADAP KEHAMILAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
 
Kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan alamiah, proses kehamilan merupakan satu kesatuan mata rantai mulai dari konsepsi, nidasi, adaptasi ibu terhadap nidasi, peneliharaan kehamilan, perubahan hormon sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi (Manuaba, 2007). 
 
Kehamilan melibatkan berbagai perubahan fisiologis antara lain perubahan fisik, perubahan sistem pencernaan, sistem respirasi, sistem traktus urinarius, sirkulasi darah serta perubahan fisiologis. Kehamilan pada umumnya berkembang dengan normal, namun kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan, sulit diprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilan ataupun baik-baik saja (Sarwono, 2006).
 
Wanita selama kehamilannya memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi sebagian besar ibu hamil. Perubahan pada ukuran tubuh, bentuk payudara, pigmentasi kulit, serta pembesaran abdomen secara keseluruhan membuat tubuh ibu hamil tersebut tampak jelek dan tidak percaya diri. Kekhawatiran dan ketakutan ini sebenarnya tidak berdasar, untuk itu ibu hamil memerlukan nasihat dan saran khususnya dari bidan dan dokter yang dapat menjelaskan perubahan yang terjadi selama kehamilan sehingga ibu tidak khawatir dengan perubahan yang dialaminya (Helen, 2001).
 
1.2        Pengertian Penyesuaian Fisiologis Ibu Terhadap Kehamilan
 
Adalah suatu aktifitas yang dilakukan tubuh untuk mengimbangi perubahan yang ternjadi selama kehamilan agar tetap berjalan dengan normal.

 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Penyesuaian Pada Organ-organ Sistem Reproduksi
 
Uterus
 
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterin. Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk elastisitas / kelenturan uterus.
Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus :
- tidak hamil / normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)
- kehamilan 8 minggu : telur bebek
- kehamilan 12 minggu : telur angsa
- kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
- kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
- kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
- kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
- kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
- 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid


Ismus uteri, bagian dari serviks, batas anatomik menjadi sulit ditentukan, pada kehamilan trimester I memanjang dan lebih kuat. Pada kehamilan 16 minggu menjadi satu bagian dengan korpus, dan pada kehamilan akhir di atas 32 minggu menjadi segmen bawah uterus. Vaskularisasi sedikit, lapis muskular tipis, mudah ruptur, kontraksi minimal -> berbahaya jika lemah, dapat ruptur, mengancam nyawa janin dan nyawa ibu.
Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan perlunakan akibat progesteron (-> tanda Hegar), warna menjadi livide / kebiruan.
Sekresi lendir serviks meningkat pada kehamilan memberikan gejala keputihan.
 
Vagina / vulva
Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron, warna merah kebiruan (tanda Chadwick).
 
Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.
 
Payudara
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol. (beberapa kepustakaan tidak memasukkan payudara dalam sistem reproduksi wanita yang dipelajari dalam ginekologi)
 
2.2  Peningkatan Berat Badan Selama Hamil

Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg, terutama dari pertumbuhan isi konsepsi dan volume berbagai organ / cairan intrauterin.

Berat janin + 2.5-3.5 kg, berat plasenta + 0.5 kg, cairan amnion + 1.0 kg, berat uterus + 1.0 kg, penambahan volume sirkulasi maternal + 1.5 kg, pertumbuhan mammae + 1 kg, penumpukan cairan interstisial di pelvis dan ekstremitas + 1.0-1.5 kg.

2.3  Penyesuaian Pada Organ-organ Tubuh Lainnya
 
Sistem respirasi
Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%, selain itu diafragma juga terdorong ke kranial -> terjadi hiperventilasi dangkal (20-24x/menit) akibat kompliansi dada (chest compliance) menurun. Volume tidal meningkat. Volume residu paru (functional residual capacity) menurun. Kapasitas vital menurun. 
 
Sistem gastrointestinal
Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah, selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi, lebih sering lapar / perasaan ingin makan terus (mengidam), juga akibat peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per hari (hiperemesis gravidarum).
 
Sistem sirkulasi / kardiovaskular
Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama adalah perubahan HEMODINAMIK maternal, meliputi :
- retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung
- anemia relatif
- akibat pengaruh hormon, tahanan perifer vaskular menurun
- tekanan darah arterial menurun
- curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I, menetap sampai akhir  kehamilan
- volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
- volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan, kemudian bertambah secara perlahan sampai akhir kehamilan.
Pada trimester pertama, terjadi :
- penambahan curah jantung, volume plasma dan volume cairan ekstraselular, disertai peningkatan aliran plasma ginjal dan laju filtrasi glomerulus
- penambahan / retensi air dan natrium yang dapat ditukar di dalam tubuh, peningkatan TBW / total body water
- akibatnya terjadi aktifasi sistem renin-angiotensin dan penurunan ambang osmotik untuk pelepasan mediator vasopresin dan stimulasi dahaga.
- akibatnya pula terjadi penurunan konsentrasi natrium dalam plasma dan penurunan osmolalitas plasma, sehingga terjadi edema pada 80% wanita yang hamil.
Terjadi peningkatan volume plasma sampai 25-45%, dengan jumlah eritrosit meningkat hanya sedikit (kadar hemoglobin menurun akibat anemia relatif). Cardiac output meningkat sampai 20-40%. Resistensi perifer juga menurun, sering tampak sebagai varisces tungkai. Leukosit meningkat sampai 15.000/mm3, akibat reaksi antigen-antiibodi fisiologik yang terjadi pada kehamilan. Infeksi dicurigai bila leukosit melebihi 15.000/mm3. Trombosit meningkat sampai 300.000-600.000/mm3, tromboplastin penting untuk hemostasis yang baik pada kehamilan dan persalinan. Fibrinogen juga meningkat 350-750 mg/dl (normal 250-350 mg/dl). Laju endap darah meningkat. Protein total meningkat, namun rasio albumin-globulin menururn karena terjadi penurunan albumin alfa-1, alfa-2 dan beta diikuti peningkatan globulin alfa-1, alfa-2 dan beta. Faktor-faktor pembekuan meningkat.
 
Metabolisme
Basal metabolic rate meningkat sampai 15%, terjadi juga hipertrofi tiroid. Kebutuhan karbohidrat meningkat sampai 2300 kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari (menyusui). Kebutuhan protein 1 g/kgbb/hari untuk menunjang pertumbuhan janin. Kadar kolesterol plasma meningkat sampai 300 g/100ml. Kebutuhan kalsium, fosfor, magnesium, cuprum meningkat. Ferrum dibutuhkan sampai kadar 800 mg, untuk pembentukan hemoglobin tambahan.
Khusus untuk metabolisme karbohidrat, pada kehamilan normal, terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara bermakna karena :
- ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat,
- produksi glukosa dari hati menurun
- produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
- aktifitas ekskresi ginjal meningkat
- efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen, hormon2 plasenta lainnya, hormon2 ovarium, hipofisis, pankreas, adrenal, growth factors, dsb).
Selain itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino. Terjadi juga peningkatan aktifitas enzim-enzim metabolisme pada umumnya.
 
Traktus urinarius
Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menururn akibat pengaruh estrogen dan progesteron. Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi meningkat sampai 60%-150%. Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh perbesaran uterus, menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara.
Kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.
 
Kulit
Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormon menyebabkan perubahan berupa hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), payudara, linea alba (-> linea grisea), striae lividae pada perut, dsb.
 
Perubahan Psikis
Sikap / penerimaan ibu terhadap keadaan hamilnya, sangat mempengaruhi juga kesehatan / keadaan umum ibu serta keadaan janin dalam kehamilannya.
Umumnya kehamilan yang diinginkan akan disambut dengan sikap gembira, diiringi dengan pola makan, perawatan tubuh dan upaya memeriksakan diri secara teratur dengan baik. Kadang timbul gejala yang lazim disebut “ngidam”, yaitu keinginan terhadap hal-hal tertentu yang tidak seperti biasanya (misalnya jenis makanan tertentu, tapi mungkin juga hal-hal lain)
Tetapi kehamilan yang tidak diinginkan, kemungkinan akan disambut dengan sikap yang tidak mendukung, napsu makan menurun, tidak mau memeriksakan diri secara teratur, bahkan kadang juga ibu sampai melakukan usaha-usaha untuk menggugurkan kandungannya.
 
2.4  Diagnostik Kehamilan
 
Berdasarkan penyesuaian-penyesuaian anatomik dan fisiologik, dapat dikumpulkan hal-hal yang mungkin bermakna pada pemeriksaan fisis maupun penunjang, untuk menuju pada diagnosis kehamilan.
Gejala dan tanda yang dapat mengarahkan diagnosis adanya suatu kehamilan :
  1. menorea (sebenarnya bermakna jika 3 bulan atau lebih)
  2. pembesaran uterus (tampak disertai pembesaran perut, atau pada kehamilan muda diperiksa dengan palpasi
  3. adanya kontraksi uterus pada palpasi (Braxton-Hicks)
  4. teraba/terasa gerakan janin pada palpasi atau tampak pada imaging. Ballotement (+). Jika (-) curiga mola hidatidosa. 
  5. terdengar jantung janin (dengan alat Laennec/ Doppler) atau visual tampak jantung berdenyut pada imaging (fetal ultrasound echoscopy). 
  6. teraba  bagian tubuh janin pada palpasi (Leopold) atau tampak pada imaging (ultrasonografi) 
  7. perubahan serviks uterus (Chadwick / Hegar sign) 
  8. kurva suhu badan meningkat 
  9. tes urine B-hCG (Pack’s test / GalliMainini) positif. Hati-hati karena positif palsu dapat juga terjadi misal karena urine kotor, alat kadaluwarsa atau cara pemeriksaan yang salah. 
  10. Titer B-hCG meningkat pada kehamilan sekitar 90 hari, kemudian menurun seperti awal kehamilan, bahkan dapat sampai tidak terdeteksi. 
  11. perasaan mual dan muntah berulang, morning sickness. 
  12. perubahan payudara 
  13. poliuria 



BAB III
KESIMPULAN

Kehamilan melibatkan berbagai perubahan fisiologis antara lain perubahan fisik, perubahan sistem pencernaan, sistem respirasi, sistem traktus urinarius, sirkulasi darah serta perubahan fisiologis. Kehamilan pada umumnya berkembang dengan normal, namun kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan, sulit diprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilan ataupun baik-baik saja (Sarwono, 2006).
 
Adaptasi (penyesuaian) fisiologis ibu terhadap kehamilan adalah suatu aktifitas yang dilakukan tubuh untuk mengimbangi perubahan yang terjadi selama kehamilan agar tetap berjalan dengan normal.

MAKALAH PERSALINAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
 
Persalinan adalah terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau post matur) mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi) selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama) mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forseps) tidak mencakup komplikasi (seperti pendarahan hebat) mencakup pelahiran plasenta yang normal.

1.2    Tujuan
 
  1. Menjelaskan persalinan normal
  2. Menjelaskan proses melahirkan/persalinan
  3. Untuk menambah penilai pengetahuan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Proses Persalinan

Proses melahirkan/persalinan dalam proses melahirkan bayi biasanya membuat gelisah sampai panik bagi orang tua yang baru akan menjalani proses tersebut. Berkonsultasi terus dengan dokter atau bidan adalah langkah tepat untuk mengetahui proses persalinan yang akan dijalani nantinya.

Dokter atau bidan umumnya akan menjelaskan secara dasar bahwa proses persalinan bayi secara normal ataupun proses melahirkan normal itu terdiri dari 4 tahap proses :
  • Tahap pertama, proses persiapan persalinan dengan fase awal, aktif, transisi. Dalam tahap ini terjadi pembukaan (dilatasi) mulut rahim sampai penuh 
  • Tahap kedua, tahap kelahiran sampai bayi keluar dengan selamat.
  • Tahap ketiga, pengeluaran plasenta.
  • Tahap keempat, pasca lahir, yakni observasi terhadap ibu selama 1 jam usai plasenta keluar
         
Beberapa kejadian yang akan dialami oleh ibu hamil saat akan melahirkan secara normal :
-         kontraksi
-         Leher rahim makin terbuka lebar
-         Mendorong calon bayi sesuai petunjuk dokter/bidan
-         Pengeluaran plasenta

Tips mempermudah melahirkan :
Banyak orang-orang tua memberi berbagai saran diantaranya :
-         minum minyak kelapa murni VCO
-         Menelan telor ayam kampung mentah
-         Meminum ramuan rumput fatimah
-         Meminum Habbatussauda

Agak berbeda jika proses melahirkan dengan cara bedah Caesar kadang juga disebut dengan c-section (cs). Bedah caesar merupakan proses persalinan (melahirkan bayi) dengan melalui pembedahan dengan melakukan irisan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainnya.
Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beranggotakan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis anastesi serta bidan.
Ada juga proses melahirkan dengan sedikit memaksa yaitu dengan istilah vakum dan forseps. Persalinan dengan menggunakan vakum atau alat penghisap. Alat ini menjadi semacam alat/energi tambahan, bagi ibu yang akan melahirkan ketika kekuatan dorong si ibu sudah mulai melemah. Persalinan dengan menggunakan forseps adalah proses persalinan dengan menggunakan alat bantu dari logam berbentuk sendok. Hal ini sangat jarang dilakukan karena lebih beresiko.
Metode baru adalah melahirkan dengan cara persalinan hipnotis/hipnosis dan proses persalinan di air. Persalinan dengan hipnosis tidak berubah metode dasar melahirkan hanya persalinan ini dibantu dengan cara/tehnik relaksasi agar si ibu tidak begitu merasakan sakit. Hampir mirip dengan persalinan di air yang akan membuat si ibu lebih relaks dan si bayi keluar tanpa mengalami traumatis dan menghadapi transisi dengan lembut, selembut air.

2.2    Persalinan Normal
1. Defenisi persalinan normal
Persalinan normal adalah persalinan yang :
  1. Terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature atau post matur)
  2. Mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi)
  3. Selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partu presipitatus atau partus lama)
  4. Mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis
  5. Terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forseps)
  6. Tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat)
  7. Mencakup pelahiran plasenta yang normal
 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan adalah :
  1. Power
Kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunter dari ibu, yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengedan atau meneran.
  1. Passage
Merupakan bagian tulang panggul, serviks vagina dan dasar panggul (displascement)
  1. Passenger
Terutama janin (secara khusus bagian kepala janin) plus plasenta, selaput dan cairan ketuban atau amnio.

Power
Tenaga utama pada persalinan adalah tenaga atau kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
  1. kontraksi
Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebal otot-otot rahim yang terjadi untuk sementara waktu. Kontraksi ini terjadi diluar kesadaran di bawah pengendalian sistem saraf simpatik dan secara tidak langsung mungkin dipengaruhi oleh sistem endokrin. Kontraksi uterus yang kuat seperti pada bagian akhir kala I persalinan memberikan tekanan intra uteri sebesar 45 mmHg.

  1. Retraksi
Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang menetap setelah terjadinya kontraksi, serabut otot tidak mengadakan relaksasi penuh pada akhir kontraksi tetapi akan mempertahankan sebagian gerakan memendek dan menebal tersebut. Retraksi merupakan sifat istimewa yang dimiliki oleh otot rahim.
Sebagai akibat dari retraksi segmen atas dinding uterus secara berangsur-angsur menjadi lebih pendek tebal dan kavum uteri menjadi lebih kecil. Sementara itu otot-otot segmen atas yang mengadakan kontraksi dan retraksi menyebabkan serabut-serabut segmen bawah yang memiliki fungsi khusus serta serviks tertarik keluar sehingga terjadi penipisan.

  1. Tenaga sekunder – Mengejan
Tenaga kedua yang meliputi otot perut dan diafragma digunakan dalam kala II persalinan. Tenaga ini dapat dipakai untuk mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi yang dihasilkan otot-otot volunter.
Diafragma dibuat kaku oleh dada yang diisi udara glotis yang ditutup untuk menahan tekanan rongga dada. Kedua keadaan ini akan melipat gandakan tekanan pada janin dan mengurangi ruangan di dalam rongga abdomen sehingga janin terdorong ke bawah bagian paling rendah ke lintasan keluar di vagina.
Mengejan memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul. Meskipun mengejan melibatkan otot volunter gerakan ini menjadi involunter kalau tekanan kepala janin pada dasar panggul mejadi sangat kuat. Kadang-kadang pada saat mengejan dikendalikan dan digantikan bernapas terengah-engah (mulut dan glootis terbuka sementara otot abdomen dibiarkan lemas)

Passager (lintasan)
Janin harus berjalan lewat rongga panggul serviks dan vagina sebelum dilahirkan. Untuk dapat dilahirkan janin harus mengatasi pula tekanan tahanan yang ditumbulkan oleh struktur dasar panggul.
Rongga Pelvis
Pelvis minor merupakan bagian panggul yang berada di bawah pintu atas panggul merupakan rongga sempit yang harus dilewati janin.
a.       Pintu atas panggul (Pelviks Inlet)
Janin pertama-tama harus masuk kedalam pintu atas panggul pada ginekoid yang normal pintu atas panggul membentang dari bagian posterior puncak simfisis pubis ke promontorium sakrum dengan ukuran :
1.      anteroposterior 11 cm
2.      lateral 13,5 cm
b.      Inklinasio panggul
Panggul tidak teletak dalam posisi tegang lurus terhadap tulang belakang tetapi miring melandai ke depan dengan pintu atas panggul berada dalam sudut 60 terhadap bidang horizontal jika wanita tersebut berdiri tegak.
c.       Rongga Panggul
Rongga panggul atau kavum pelvic memiliki bentuk serkuler melengkung ke depan dengan diameter rata-rata 12 cm
d.      Pintu bawah panggung (Pelvic outlet)
Pintu bawah panggul dibatasi oleh 2 tuber iskiadikum, permukaan posterior bagian terendah simfisis fubis dan artikulasio sakrokoksigeal ukurannya :
- anterioposterio 13,5 cm
- lateral 11 cm
Untuk menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala janin harus mengalami beberapa rangkaian gerakan positif.

Lintasan Lunak (Soft Passages)
Bagian jalan lahir yang lunak adalah segmen bawah uterus osserviks ekterna vagina dan vulva setelah terjadi dilatasi serviks yang berbentuk jalan lahir yang bersambung dengan kepala janin yang menimbulkan dilatasi vagina dan vulva.

Efacement dan Dilatasi
Segmen bahwah uterus tertarik ke atas serta keluar dan os services harus teregang serta terbuka yang cukup luas untuk memungkinkan kepala janin terdorong melalui bagian tersebut. Kepala kita mula-mula meregangkan bagian leher kaus yang mirip tabung sampai bagian ini bersambung dengan bagian yang lain sedemikian rupa, lubang leher itu sendiri akan dipaksa membuka sehingga memungkinkan kepala kita untuk melewatinya.
Ketika menarik kaus berleher bundar tersebut kebanyakan secara naluri akan menekuk kepalanya merapatkan dagunya ke dada sehingga diameter kepala terkecil dapat lewat leher kaus dan kemudian meluruskan kepala sehingga dahi serta muka dapat keluar dari lubang kaus tersebut. Mula-mula kepala difleksikan sehingga pada saat inilah terjadi ekstensi pada vulva.
Otot-otot pada dasar panggung teregang sehingga terbentuk saluran badan perineum mendatar karena tekanan dari kepala janin yang bergerak maju.
Kandung kemih bersama uretra yang berada di depan akan tertekan serta tertarik ke atas, rektum serta anus yang berada di belakang terdorong ke bawah.

Passenger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin yang paling penting karena ukurannya paling besar adalah kepala janin. Ukuran kepala lebih lebar dari pada bahu dan kurang lebih ¼ dari panjang bayi. 96% bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama :
1.      tengkorak janin
Kubah tengkorak terbentuk dari 5 buah tulang utama :
1.      dua buah os parietal
2.      dua buah os parietalis 1 buah os oksipitalis

                        Sutura
                        Merupakan garis sambungan antara tulang-tulang tersebut sutura yang utama adalah :
1.      frontalis antara kedua os frontalis
2.      koronaria antara os frontalis dan parientalis
3.      sagitalis antara kedua os parietalis
4.      lamdoidea antara os parietalis dan oksiput

Ubun-Ubun
Merupakan bagian kepala yang berdenyut tempat pertemuan 2 sutura atau lebih.

A.     Moulage
Tulang tengkorak janin berbentuk dari membran kemudian mengalami kalsifikasi. Karena tulang tersebut tidak bersambung secara kaku bagian tepi dapat saling bergeser di atas satu sama lain selama perjalanan kepala bayi.

B.     Sikap
Kepala janin berat dalam sikap fleksi dengan dada merapat selama proses persalinan normal.
Pada sikap ini terdapat 2 diameter yang terbesar.
Biparietal 9,5 cm
Suboksipito bregmatika 9,5 cm dari bagian tengkuk ke ubun-ubun anterior.
Kepala janin pada posisi fleksi adalah oksiput diameter yang terbesar bentuk sirkuler.
Kepala bayi tetap fleksi sampai tahanan perineum dapat teratasi.
Diameter suboksipito prontal pada saat kepala bayi ekstensi besar 10 cm merupakan diameter yang mergangkan vulva sebelum muka bayi terlihat.

3. Mekanisme Persalinan
Penurunan (decent)
Sekitar 96% dari semua persalinan diawali dengan janin dalam posisi fleksi, kepala ke bawah dan tubuhnya agak berputar ke sisi kanan dan kiri. Sebagaimana kontraksi mulai terjadi kepala bergerak lebih ke dalam ke pelvik dan dalam posisi menyamping, dengan wajah ke kanan dan oksiput ke kiri, atau sebaliknya.

Fleksi
Sebagimana kepala menurun, dagu lebih fleksi dan semakin fleksi lagi ke dada, yang menyebabkan os occipitable di belakang kepala untuk petunjuk jalan.

Rotasi interna
Karena kepala mencapai tingkat spina isciadica, yang disebut station O, struktur pelvik menyebabkan kepala untuk berbalik, atau berputar, sehingga kepala akan dapat melewati tempat yang sangat sempit dalam pelvik. Kemudian terus ke bawah, bergerak di bawah tulang pubis

Ekstensi
Pada saat ini jalan lahir ini sudut suduh berubah. Kepala, yang mengalami dorongan ke bawah pada dada fleksi, meluncur ke luar di bawah tulang pubis dan melewati introitus, atau orivisium vagina, ke luar. Dagu terangkat ke atas atau kestensi dan kepala lahir.

Restitusi
Kini kepala bebas untuk berputar ke posisi normalnya dalam hubungan dengan bahu.

Rotasi eksternal
Bahu dan tubuh bayi biasanya meluncur dengan kesulitan yang relatif sedikit karena kepala telah membuka jalan untuk bagian tubuh yang lebih kecil. Sebagaimana hal ini terjadi, kepala berbalik atau berputar, dalam hubungan yang normal dengan bahu.
Bila oksiput pada posterior, kepala bayi dan tubuhnya tidak searah dengan kurvatura pelvik ibu. Bayi akan lahir dengan wajah menghadap ke bahwah daripada ke atas, dan ibu mungkin mengalami sakit pada pinggang serta persalinan yang lebih lama.

Ekspulasi Plasenta
Segera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi, mengurangi permukaan internalnya sampai 400% sementara plasenta tetap dalam ukuran yang sama. Hal ini akan menyebabkan akar plasenta atau vili, untuk runtuh dari endometrium, memisahkan plasenta dari uterus. Bila ujungnya tetap menleka, terkumpul darah di belakang plasenta. Kemudian ketika plasenta runtuh, terjadi semprotan darah, dan permukaan amnion keluar seperti payung yang terbuka. Hal ini diesebut mekanisme Schultze’s nama orang yang pertama kali menjelaskan hal tersebut. Terjadi dalam 80% persalinan. Bila keseluruhan plasentas terpisah dalam waktu yang bersamaan, tidak terdapat pengumpalan darah, dan plasenta dengan mudah meluncur keluar dengan sisi kedua terlebih dahulu. Hal ini pertama kali dijelaskan oleh Ducan, sehingga disebut mekanisme Ducan. Inn terjadi dalam 20 % persalinan.
Setelah plasenta terpisah dan seblum uterus kembali berkontraksi, toto utersu cendrung untuk relaksasi. Hal ini memungkinkan darah untuk mengalir dari sinus-sinus besar dalam uterus. Darah menekan uterus dan menstimulus uterus untuk berkontraksi, mengubah uterus dari massa spogiosa lembut menjasi bentuk bola bulat yang halus yang naik ke atas pada dinding abdomen yang kita telah relaksasi. Uterus harus tetap berkontraksi dan mengecil. Bila terjadi relaksasi, kehilangan darah yang serius akan terjadi dalam beberapa menit. Masase eksternal uterus melalui abdomen menstimulus uterus untuk berkontraksi, menyebabkan sinus-sinus tertutup, dan mencegah perdarahan.

Regresi Uterus
Uterus yang berat mungkin jatuh pada salah satu sisi atau kembali ke dalam rongga abdomen. Untuk alasan ini beberapa lembaga yang menyarankan ibu untuk berbaring telungkup ketika istirahat sampai regresi uterus ke keadaan seblum kehamilan, sekitar 4 sampai 6 minggu. Setelah 10 hari uterus biasanya turun ke dalam panggul sejati dan tidak lagi teraba dalam abdomen. Refleks saraf yang diberikan oleh puting karena isapan bayi menstimulus kelenjar pituitari untuk mensekresi oksitosin, yang menyebabkan kontraksi uterus. Untuk alasan ini, regresi uterus dipercepat dengan menyusui.
4. Kala I atau Kala Pembukaan
4.1 Pengertian
Kala pertama dalam persalinan dimulai bila didapat kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan lama yang memadai sehingga terjadi perlunakan dan pembukaan dari serviks. Kala pertama dalam persalinan berakhir bila serviks sudah membuka dengan lengkap yaitu bila serviks sudah membuka sedemikian rupa sehingga dapat dilalui oleh kepala janin. Jadi kala pertama dari persalinan merupakan tahapan dimana terjadi perlunakan dan pembukaan dari serviks (William, 1991)

4.2 Proses membukanya serviks sebagai akibat his yang dibagi dalam dua fase :
1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif : diabgi 3 fase :
            - fase eksselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
            - fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
            - Fase deselerasi : pemukaan lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Mekanisme Pembukaan Serviks :
- Primigravida Multigravida
- Lamanya 10-12 jam 4-8 jam
- Proses pembukaan servik.
- Serviks mendatar dan menipis.
- Serikv mendatar, menipis dan membuka secara bersamaan.
- Pembukaan servik perjam ±1 cm ±2

4.3 Hal-hal yang terjadi pada kala I :
1. His
- His atau kontraksi uterus yang terjadi secara teratur dan semakin meningkat frekuensinya.
- Interval his makin lama makin pendek
- Nyeri mulai dari bagian punggung kemudina menyebar ke abdomen bawah
- Mempengaruhi dilatasi dan pendataran serviks
- Berjalan biasanya menyebabkan meningkatnya intensitas kontraksi

2. Bloody show
- Diartikan sebagai keadaan terlibatnya mucus atau lendir yang disertai dengan sedikit darah yang berasal daru ruptura pembuluh-pembuluh kapiler yang halus di dalam servik. Lendir yang memenuhi canalis servicalis selama kehamilan disebut sebagai overculum.

3. Pembukaan tonjolan ketuban
- Terbentuk di depan kepla janin
- Tonjolan ketuban terasa tegang saat his dan dapat mengalami ruptus.
- Ruptura selaput amnion dapat terjadi seitap saat tetapi biasanya terjadi pada akhir kala I

4. Dilatasi serviks
- Dilatasi os serviks eksterna terjadi secara bertahap5. Engagement atau Presenting Pant
- Pada primigravida peristiwa ini terjadi 3-4 minggu sebelum proses persalina.
- Pada multi engagement terjadi setelah proses persalinan dimulai

5. Kala II atau Kala Pengeluaran
5.1 Pengertian :
Merupakan stadium yang diawali dengan dilatasi sempurna serviks danvdiakhiri dengan kelahiran bayi.

5.2 Lama kal kedua
Lamanya kala II (sejak pembukaan lengkap sampai lahir), rata-rata berlangsung 50 menit untuk nullipara, dan 20 menit pada multipara, tetapi hal ini dapat sangat bervariasi. (Pritchard, MacDonald, Grant, 1991). Kemampuan ibu untuk menggunakan otot-otot abdomennya dan posisi bagian presentasi berpengaruh pada durasi kala II . pada literatur lain, lamanya kala II bisa berkahir sekitar 20 menit pada multipara dan 2 jam pada primipara. (Hamilton, 1995) atau bisa berlangsung rata-rata 1,5 jam pada primigravida dan pada multipara rata-rata 0,5 jam (Prawirohardjo, 2002)

5.3 Hal-hal yang terjadi pada kala II :
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanyanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah dapat lebih berelaksasi, kepala tidak masuk lagi diluar his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi.

6. Kala III
Kala II diawali dengan keluarnya bayi dari uterus dan diakhiri dengan keluarnya plasenta. Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal dua kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri. Kadang-kadang ada sebagian uri yang melekat pada dinding rahim. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir (dapat ditunggu sampai 1 jam, tetapi tidak boleh ditunggu bila langsung dikeluarkan secara manual dan diberikan uterus tonika. Hal ini juga dilakukan bila perdarahan sudah > 500 cc). Kala uri ini merupakan waktu yang paling kritis untuk mendegah perdarahan post partum.


Kala III terdiri dari 2 fase :

1. Fase Pelepasan Uri
Proses pelepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan darah di belakang uri adalah membantu uri ini. Plasenta biasanya terlepas dalam 4-5 menit setelah anak lahir, malahan mungkin pelepasan sudah mulai sewaktu anak lahir. Di tempat-tempat yang lepas terjadi perdarahan yaitu antara plasenta dan desidua basalis, dan karena hematoma ini membesar, maka seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.
Perdarahan ini disebut “retroplasenta hematoma”.

Cara lepasnya plasenta ada 2 macam :
  1. Secara SCHULTZE
Cara ini yang paling sering terjadi (80%) dimana lepasnya seperti kita menutup paying. Yang lepas terlebih dahulu adalah bagian tengah lalu terjadi retroplasenta hematoma yang menolak uri mula-mula bagian tengah kemudian seluruhnya menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada sebelum palsenta lahir dan banyak setelah plasenta lahir.
  1. Secara DUNCAN
Pelepasan mulai darai pinggir plasenta sehingga bagian pinggir plasenta lahir terlebih dahulu. Darah ini akan mengalir keluar antara selaput ketuban dengan diding rahim. Jadi perdarahan sudah ada sejak bagian plasenta terlepas terus berlangsung sampai seluruh plasensta lepas.
Pelepasan secara Ducan terutama terjadi pada plasenta letak rendah.

2. Fase Pengeluaran Uri
Uri yang sudah terlepas akan terdorong oleh kontraksi rahim ke SBR (Segmen Bawah Rahim) hal ini dibantu oleh tekanan abdominal sehingga uri dapat dilahirkan 20% secara spontan selebihnya memerlukan pertolongan.

Managemen Aktif Kala III
Langkah-langkah inti deskripsi dan keterangan :
- Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin dengan penjepitan tali pusat dini akan memulai pelepasan plasenta.
- Membrikan oksitosin
  Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta.
-         oksitosin 10 U IM dapat diberikan ketika kelahiran bahu depan bayi jika petugas lebih dari 1 pasti hanya ada bayi tunggal
-         oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi jika hanya ada seorang petugas dan hanya ada bayi tunggal
-         oksitosin 10 U IM dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta belum lahir.
-         Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau berikan ASI pada bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah.

Melakukan penegangan tali pusat terkendali atau PTT (CCT/Controled Cord Traction) PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu sudah terlepas.
-         satu tangan diletakkan corpus uteri tepat diatas simfisis pubis selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso cranial ke arah belakang kepala ibu.
-         Tangan yang satu memegang tali pusat dekat pembukaan vagina dan melakukan tarikan tali pusat yang terus menerur dalam tegangan yang sama tangan ke uterus selama kontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi ibu dapat juga memberi tahu petugas ketika merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang tidak berkontraksi tangan petugas dapat tetap berada pada uterus tetapi bukan melakukan PTT.

Ulang langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
Masa fundus segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan, masase fundus agar menimbulkan kotraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan post partum. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selam 10-15 detik jika perdarahan hebat terjadi mulailahi segera melakukan kompresi bimanual. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit ikut protokol untuk perdarahan post partum.


BAB III
KESIMPULAN

Proses melahirkan dengan sedikit ”memaksa” yaitu dengan istilah vacum dan forsep persalinan dengan menggunakan vacum atau alat pneghisap (negatif presure vacum extractor). 
 
Persalinan dengan menggunakan forsep adalah proses persalinan dengan menggunakan alat bantu dari logam berbentuk sendok.
Persalinan hipnotis tidak merubah metode dasar melaharkan hanya persalinan ini dibantu dengan cara tehnik relaksasi agar si ibu tidak begitu merasakan sakit.


 DAFTAR PUSTAKA

Neonatal, yayasan bidan pustaka sarwono,prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati,2008.asuhankebidanan nifas.yogyakarta:mitra cendikia.borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forsep/diunduh  1september2009:20.00 wib

Ibrahim,cristin s,1993.prewatan keidanan (perawtan nifas)