Selasa, 08 Mei 2012

LAPORAN SURVEILANCE EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS WAJO KOTA BAUBAU TAHUN 2006-2010

 BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG
WHO mendefinisikan kesehatan adalah kondisi fisik, mental dan social yang sempurna, bukan hanya ketidakhadiran penyakit belaka. Jika definisi ini dikaji lebih jauh, tidak banyak manusia yang benar-benar sakit. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa semua manusia selalu mempunyai penyakit. (Soekidjo Natoatmodjo. 2007)
Sedangkan penyakit menurut cunningham dan saigo (2001), Penyakit merupakan perubahan yang mengganggu kondisi tubuh sebagai respon dari faktor lingkungan yang mungkin berupa nutrisi, kimia, biologi atau psikologi. Dalam hal ini lingkungan paling berpengaruh pada terjadinya penyakit.
H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat.
Salah satu penyakit yang terkait dengan faktor determinan di atas  adalah TB (Tuberkulosis) yang merupakan suatu penyakit yang di dapat dari fenomena alam dan lingkungan yang menyerang organ paru-paru, dan di sebabkan oleh bakteri.
Penyakit Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan merupakan salah satu penyakit infeksi kronis menular yang menjadi masalah kesehatan. Penyakit yang sudah cukup lama ada ini merupakan masalah global di dunia dan diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh bakteri ini. Hal-hal yang menjadi penyebab semakin meningkatnya penyakit TBC di dunia antara lain karena kemiskinan, meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur usia manusia yang hidup, perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi di negara-negara miskin, tidak memadainya pendidikan mengenai TBC di antara para dokter, kurangnya biaya untuk obat, sarana diagnostik dan pengawasan kasus TBC serta adanya epidemi HIV terutama di Afrika dan Asia.
Di negara maju dapat dikatakan penyakit TBC dapat dikendalikan, namun adanya peningkatan kasus penyakit HIV merupakan ancaman yang sangat potensial dalam peningkatan kasus penyakit TBC baru. Pada tahun 1995 di seluruh dunia terdapat 17 juta kasus infeksi HIV dan kira - kira ada 6 juta kasus AIDS pada orang dewasa dan anak sejak timbulnya pandemi HIV. Kira-kira sepertiga dari semua orang yang terinfeksi HIV juga teinfeksi tuberkulosis, Dari jumlah ini 70% berada di Afrika, 20% di Asia dan 80% di Amerika latin.
WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC pada tahun 1993, karena di sebagian besar negara di dunia, penyakit TBC tidak terkendali. Hal ini disebabkan banyaknya penderita TBC yang tidak berhasil disembuhkan.
Dinegara-negara miskin kematian TBC merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Daerah Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat dari beban TBC global yakni sekitar 38% dari kasus TBC dunia.
Pada tahun 1995, ada sekitar 9 juta pasien TBC baru dan 3 juta kematian akibat TBC di dunia. Diperkirakan 7-8 juta yang terkena TBC di negara berkembang, ini terjadi karena tidak ada peningkatan yang signifikan di dalam upaya pencegahannya dalam tahun 1999-2020. WHO memperkirakan dalam dua dekade pertama di abad 20, satu miliar orang akan terinfeksi per 200 orang berkembang menjadi TBC aktif dan 70 juta orang akan mati akibat penyakit ini. Penyebab kematian wanita akibat TBC lebih banyak daripada akibat kehamilan, persalinan dan nifas. Sekitar 75% pasien TBC adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TBC dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20 - 30 %. Jika meninggal akibat TBC, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TBC juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
Di Indonesia, TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TBC di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TBC didunia. Diperkirakan pada tahun XXXX, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang sedangkan angka kematian di Indonesia tahun XXXX sebesar 41/100.000 penduduk.
Survei pravelensi TBC yang di lakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993. Menunjukan bahwa pravelensi TBC di indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65 %. Sedangkan menurut laporan penanggulangan TBC Global yang di keluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insiden TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46 % di antaranya di perkirakan merupakan kasus baru.
Hasil survei kesehatan rumah tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukan bahwa Tuberkulosis merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 meruoakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveilance memperkirakan di indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insiden rate kira-kira 130 per 100.000. penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis di perkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC dari tahun ke tahun di indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di indonesia.
Berdasarkan data pada puskesmas Wajo, penyakit Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit  dari sepuluh penyakit terbesar yang di derita masyarakat setempat. Pada puskesmas Wajo dari tahun 2006 – 2010 terjadi peningkatan penderita, hal ini menunjukan bahwa upaya-upaya yang di lakukan pihak puskesmas mengalami keberhasilan. Adapun upaya-upaya yang di lakukan pihak puskesmas baik dari segi promotif preventif melalui penyuluhan, maupun kuratif melalui pemeriksaan dahak dan pemberian obat.


2.      TUJUAN PRAKTIKUM

2.1.       Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran umum penyakit Tuberkulosis di Puskesmas Wajo.
2.2.       Tujuan Khusus

-          Untuk mengetahui Distribusi Penyakit Tuberkulosis menurut orang pada Puskesmas Wajo.
-          Untuk mengetahui Distribusi Penyakit ITuberkulosis menurut tempat pada Puskesmas Wajo.
-          Untuk mengetahui Distribusi Penyakit Tuberkulosis menurut waktu pada Puskesmas Wajo.
-          Untuk mengetahui  Disrtibusi penyakit tuberkulosis menurut kelompok umur pada puskesmas Wajo
3.    MANFAAT PRAKTIKUM

-          Bagi Puskesmas wajo
Sebagai bahan informasi penting dan dapat digunakan untuk penentu kebijakan selanjutnya.
-          Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan sebagai informasi dan sebagai bahan masukan agar masyarakat lebih meningkatkan lagi kesehatannya
-          Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan,khususnya tentang hal-hal yang berhubungan dengn penyakit Tuberkulosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.      Tinjauan  Umum  Surveilance
Sejarah Singkat Surveillance
Awalnya hanya berkaitan dengan penyakit yang mengancam jiwa manusia, sehingga kematian karena penyakit tertentu saja yang jadi perhatian Eropa (1348) Black Death surveilans secara primitif
John Graunt pencatatan secara ilmiah, orang yang pertama kali mempelajari konsep jumlah dan pola penyakit secara epidemiologi.
William Farr penemu konsep surveilans secara modern. Setelah perang dunia dua ilmu kesmas berkembang sehingga tidak sebatas penderita saja.
Devinisi
Bahasa Perancis CDC :“the on going systematic collection,analysis and interpretation of health data essential to the planning, implementation,and evaluation of public health practice,closely integrated with the timely disemanation of these data to those who need to know. The final link of the surveillance chain is the application of these data to prevention and control”
Noor Nasry Noor : survailance epidemiologi adalah pengamatan secara teratur dan terus-menerus terhadap semua aspek tertentu baik keadaan maupun penyebarannnya dalam suatu masyarakat terteentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangannya.

Dalam surveilans terdapat kegiatan pokok yaitu
1.      Pengumpulan data
a.      Data primer adalah data yang di peroleh secara langsung pada orang yang yang terlibat langsung.
b.      Data sekunder adalah data yang sudah ada dari institusi tertentu  seperti puskesmas dll.
2.      Pengolahan data adalah suatu sistem yang akan mengolah masukan berupa bahan baku dan bahan-bahan yang lain menjadi keluaran berupa bahan jadi.
3.      Analisis data adalah  proses pengelompokan  data menurut orang yang terdiri dari jenis kelamin, umur, menurut waktu kejadian dan menurut tempat (lokasi kejadian).dengan  menggunakan  statistik deskriptif
Sedangkan yang menjadi tujuan dalam surveilans ini yaitu untuk mengetahui distribusi geografis, penyakit-penyakit endemis dan penyakit-penyakit yang menimbulkan epedemi, mengetahui periodisitas suatu penyakit dan situasi penyakit-penyakit tertentu di seluruh wilayah.

2.      TINJAUAN PENYAKIT TUBERKULOSIS

a.        Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara pernapasan kedalam paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui saluran napas (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi pada semua kelompok umur, baik di paru maupun di luar paru.
b.      Gejala
Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru.
1. Gejala umum (Sistemik)
·         Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
·         Penurunan nafsu makan dan berat badan.Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
·         Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala khusus (Khas)
·         Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak
·         Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
·         Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
·         Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Penegakan Diagnosis pada TBC
Apabila seseorang dicurigai menderita atau tertular penyakit TBC, Maka ada beberapa hal pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk memeberikan diagnosa yang tepat antara lain :
·         Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
·         Pemeriksaan fisik secara langsung.
·         Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
·         Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
·         Rontgen dada (thorax photo).
·          dan Uji tuberkulin.

3.       Penyebab

Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, Untuk mengenang jasa beliau maka bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).

4.      Cara Penularan

Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru.

Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru berusaha menghambat bakteri TBC ini melalui mekanisme alamianya membentuk jaringan parut. Akibatnya bakteri TBC tersebut akan berdiam/istirahat (dormant) seperti yang tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo rontgen.

Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (Imun) yang baik, bentuk tuberkel ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang memilki sistem kekebelan tubuh rendah atau kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TBC.

5.      Pengobatan

Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.

Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal 'Triple Drug'.
6.       Pencegahan
                        Pencegahan penyakit TB dengan cara yaitu : Pola hidup sehat adalah kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan kuman TBC. Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman TBC tidak akan timbul gejala. Pola hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan hidup kita, rumah harus mendapatkan sinar matahari yang cukup (tidak lembab), dll. Selain itu hindari terkena percikan batuk dari penderita TBC.
7.      Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi  Tuberkulosis
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit tuberkulosis adalah sebagai berikut :
1.      Faktor umur
Faktor umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi  penyakit Tuberkulosis. Dari hasil penelitian yang di laksanakan di New York pada panti penempungan orang-orang gelandangan menunjukan bahwa kemungkinan mendapat infeksi Tuberkulosis aktif meningkat bermakna sesuia dengan umur. Insiden tertinggi Tuberkulosis paru mengenai usia  dewasa muda.
2.      Faktor jenis kelamin
Selain faktor umur, jenis kelamin uga sangat mempengaruhi penyakit tuberkulosis. Berdasarkan beberapa penelitian, penderita tertinggi penderita tuberkulosis adalah laki-laki di bandingkan dengan perempuan karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya penyakit tuberkulosis.
3.      Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang di antaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan pentakit TBC, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaanya.
4.      Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor resiko apa yang harus di hadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernapasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernapasan dan umumnya TBC. Jenis pekerjaan sesorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari di antara kondisi makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan di bawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi di antaranya TB paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumahyang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempengaruhi terjadinya penularan penyakit TBC.
5.      Kebiasaan merokok
Meroko di ketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, penykit jantun koroner, brinchhitis kronik dan kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terjadi infeksi TBC.
6.      Kondisi rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TBC. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembangbiakan kuman. Lantai dan dinding yang sulit di bersihkan akan memyebabkan penumpukan debu, sehingga akan di jadikan sebagai media yang baik bagi berkembang biakan kuman mycobacterium tuberkulosis.
7.      Status gizi
Haisl penelitian menunjukan bahwa orang dengan status gizi kurang mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB paru berat di bandingkan dengan orang yang berstatus gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit.
8.      Keadaan sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TBC.
9.      Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan penderita TBC yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagai orang sakit dan akhirnya berakibat menjadi sumber penularan bagi orang di sekelilingnya.



BAB III
METODE PRAKTIKUM
1.      Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Survailance tentang Penyakit Tuberkulosis bertempat di Puskesmas Wajo kel. murhum pada tanggal 6, 8, 10  April dan tgl 25 Mei 2011.
2.      Peserta pelaksanaaan Surveilance di Puskesmas Wolio yaitu :
Peserta pelaksana surveilans tentang penyakit tuberkulosis oleh kelompok 4 sebanyak 9 orang.
3. Jenis dan Sumber Data
   3.1 Jenis Data
                        3.1.1 Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung pada orang yang terlibat secara langsung dari pada lokasi kejadian.
3.1.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari institusi kesehatan yaitu  puskesmas.
3.2 Sumber Data
Data bersumber dari puskesmas atau instansi kesehatan yang merupakaan data sekunder dan data primer yaitu hasil wawancara dengan pemegang program penyakit Tuberkulosis.



4.      Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang langsung diambil dari buku register puskesmas.
5.      Pengolahan Data
Data diolah secara manual dan dikelompokan menurut orang, tempat dan waktu.
6.      Analisis Data
Data dianalisis menurut orang yang terdiri dari umur, menurut waktu kejadian dan menurut tempat (lokasi Kejadian).
Definisi Operasional
1.    TB adalah singkatan dari “Tubercle Bacillus” atau     tuberculosis ,
2.    Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
3.    Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang menyebkan penyakit TBC.
4.    BTA (Batang Tahan Asam)



BAB IV
HASIL

1.   GAMBARAN UMUM PUSKESMAS WAJO
A.      Letak Geografis Dan Jangkauan

             Puskesmas Wajo terletak di kelurahan Lamangga yang merupakan salah satu Puskesmas dari tiga buah Puskesmas yang berada di Kecamatan Murhum. Puskesmas Wajo berjarak kurang lebih 2 kilometer ke arah Selatan dari Pusat Kota Bau-Bau. Wilayah kerja Puskesmas Wajo sebagian terdiri dari daerah dataran dan sebahagian lagi adalah daerah yang berbukit-bukit namun masih dapat dijangkau oleh kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat.
B.   Batas Dan Luas Wilayah Kerja
             Puskesmas Wajo mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
-          Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Meo – Meo
-          Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Katobengke.
-          Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Betoambari.
-          Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Bataraguru.
dan wilayah kerja puskesmas Waborobo.
      Adapun wilayah kerja Puskesmas Wajo terdiri dari 5 Kelurahan yang masing-masing adalah sebagai berikut :
1.       Kelurahan Lamangga dengan luas wilayah kurang lebih 1,00 km2
2.       Kelurahan Wajo dengan luas wilayah kurang lebih 1,00 km2.
3.       Kelurahan Melai dengan luas wilayah kurang lebih 0,37km2
4.       Kelurahan Baadia dengan luas wilayah kurang lebih 2,00km2
5.       Kelurahan Tangana Pada dengan luas wilayah kurang lebih 2 km2

C.   Jumlah Dan Distribusi Penduduk
                   Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Wajo sampai tahun  2010  adalah   jiwa dengan distribusi sebagai berikut:
NO.
KELURAHAN
LAKI - LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
1.
Baadia
1.147
1.202
2.349
2.
Melai
897
942
1.837
3.
Wajo
2.004
2.053
4.057
4.
Lamangga
2.418
2.503
4.921
5.
Tanganapada
1.875
2.052
3.927
Jumlah
8.339
8.752
17.091
    Sumber : Pendataan Tingkat Puskesmas Wajo, per Januari  2010

2.      Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku registrasi Puskesmas wajo.

3.      Pengolahan dan Analisis Data
Data yang kami peroleh diolah secara manual dan di analisis menurut orang yang terdiri dari jenis kelamin dan umur,menurut waktu yang merupakan saat kejadian dan tempat yang menjadi lokasi kejadian dari penderita Penyakit Tuberkulosis yang ada pada Puskesmas wajo.

4.      Distribusi Penyakit Menurut Waktu

Tabel 4.1
Distribusi Penyakit Tuberkulosis
Menurut Waktu di Puskesmas wajo Kel.Murhum
Tahun 2006 s.d 2010

TAHUN
PENDERITA
%
2006
6
5,04
2007
23
19,32
2008
28
23,52
2009
22
18,48
2010
40
33,61
JUMLAH
119
100
                                Sumber : data sekunder 2006 s.d. 2010
Berdasarkan data tersebut,bahwa penderita Tuberkulosis tertinggi yaitu pada tahun 2010, dimana terdapat 40 orang penderita penyakit Tuberkulosis. Pada  tahun 2006 yaitu angka terendah pada penyakit Tuberkulosis yaitu terdapat 6 orang penderita penyakit Tuberkulosis.


5.      Distribusi Penyakit Menurut Tempat

Tabel 5.1
Distribusi Penyakit Tuberkulosis
Menurut Tempat di Puskesmas wajo
Tahun 2006 s.d 2010
KELURAHAN
PENDERITA
%
WAJO
29
24,36
LAMANGGA
28
23,52
MELAI
12
10,08
BAADIA
11
9,24
TANGANAPADA
31
26,05
LAINNYA
8
6,77
JUMLAH
119
100
                         Sumber Data Sekunder Tahun 2006 s.d. 2010
Berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa kasus Penderita Tuberkulosis tertinggi yaitu terdapat pada daerah tanganapada sebanyak 31 (26,05 %). Dan  yang terendah terdapat pada daerah lainnya yaitu terdapat 8 penderita (6,72 %). Maksud lainnya disini adalah penderita yang datang berobat yang berasal dari luar wilayah kerja puskesmas wajo.


6.      Distribusi penyakit menurut orang
Tabel 6.1
Distribusi penyakit tuberkulosis
Menurut orang pada puskesmas wajo
Tahun 2006 s.d.2010

KELOMPOK


PENDERITA TUBERKULOSIS
 
  




JUMLAH
%
   UMUR
2006
2007
2008
2009
2010


    1 – 10
-
-
-
-
5
5
4,26
11 – 20
4
3
3
3
5
18
15,12
21 – 30
1
6
6
13
13
38
31,93
31 – 40
1
4
6
2
6
19
15,96
41 – 50
-
6
7
3
4
20
16,8
51 – 60
-
4
3
1
3
11
9,24
61 – 70
-
1
3
-
4
8
6,72
JUMLAH
6
23
28
22
40
119
100
        Sumber : data sekunder 2006 s.d 2010


Berdasarkan data tersebut kelompok  umur tertinggi adalh kelompok umur 21-30 tahun yaitu terdapat 38 penderita (31,93 %). Sedangkan penderita terendah terdapat pada kelompok umur 1 – 5 tahun yaitu terdapat 5 penderita (4,54 %).



Tabel 6.2
Distribusi penderita penyakit tuberkulosis
Menurut jenis kelamin pada puskesmas wajo
Tahun 2006 s.d. 2010

JENIS KELAMIN

PENDERITA TUBERKULOSIS
 




JUMLAH
%

2006
2007
2008
2009
2010


LAKI-LAKI
2
11
14
13
24
64
53,78
PEREMPUAN
4
12
14
9
16
55
46,21
JUMLAH
6
21
28
22
40
119
100
      Sumber : data sekunder puskesmas wajo tahun 2006 s.d. 2010
Berdasrkan data di atas di ketahui bahwa jumlah penderita tuberkulosis pada puskesmas wajo menurut jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki yaitu terdapat 64 penderita (53,78 %). Sedangkan penderita terendah adalah perempuan yaitu terdapat 55 penderita (46,21 %).



7.      Distribusi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Dari Tahun 2006 Sampai 2010.
Tabel 7.1
Distribusi penderita tuberkulosis
Menurut waktu pada puskesmas wajo
Tahun 2006 sampai 2010

PENDERITA TUBERKULOSIS
 


TAHUN



JUMLAH
%



LAKI-LAKI
PEREMPUAN


2006
2
4
6
5,04
2007
11
12
23
19,32
2008
14
14
28
23,52
2009
13
9
22
18,48
2010
24
16
40
33,61
JUMLAH
64
55
119
100
       Sumber : data sekunder 2006 s.d. 2010
Berdasarkan data tersebut di ketahui bahwa distribusi penyakit tuberkulosis menurut waktu tertinggi pada tahun 2010. Sedangkan distribusi penyakit tuberkulosis menurut waktu terendah  yaitu pada tahun 2006.

BAB V
PEMBAHASAN

1.      Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang langsung diperoleh dari buku register puskesmas wajo.

2.      Pengumpulan Data dan Analisis Data
Data yang kami peroleh diolah secara manual dan di analisis menurut orang yang terdiri dari jenis kelamin dan umur,menurut waktu yang merupakan saat kejadian dan tempat yang menjadi lokasi kejadian dari penderita Penyakit Tuberkulosis yang ada pada puskesmas wajo.

3.      Distribusi Penyakit Menurut Waktu

Tabel 3.1
Distribusi Penderita Tuberkulosis
Menurut waktu pada puskesmas wajo
Tahun 2006 s.d.2009
TAHUN


PENDERITA TUBERKULOSIS
 




JUMLAH
%



LAKI-LAKI
PEREMPUAN


2006
2
4
6
5,04
2007
11
12
23
19,32
2008
14
14
28
23,52
2009
13
9
22
18,48
2010
24
16
40
33,61
JUMLAH
64
55
119
100
                   Sumber : data sekunder 2006 s.d. 2010
Berdasarkan data tersebut di ketahui bahwa distribusi penyakit tuberkulosis menurut waktu tertinggi pada tahun 2010. Sedangkan distribusi penyakit tuberkulosis menurut waktu terendah  yaitu pada tahun 2006.  Karena pada tahun 2006, pengetahuan masyarakat akan Penyakit TBC masih rendah sehingga mereka enggan memeriksakan diri ke puskesmas dan cenderung berdiam diri. Sedangkan tejadi peningkatan pada tahun 2010  karena pengetahuan masyarakat tentang penyakit tuberkulasis meningkat sehingga apabila mereka menemukan tanda-tanda penyakit TBC maka mereka segera memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan dan setelah di periksa positif terkena TBC.



4.      Distribusi Penyakit Menurut Tempat
Grafik 4.1
Grafik distibusi penyakit menurut tempat
Pada  puskesmas wajo
Tahun 2006 s.d. 2010.
 
Sumber : data sekunder puskesmas wajo 2006 s.d. 2010
Berdasarkan grafik di atas, di ketahui bahwa penderita tuberkulosis tertinggi terdapat di kelurahan tanganapada jika di bandingkan dengan kelurah-kelurahan yang lain. Karena pengetahuan dan kesadaran masyarakat  yang tinggi akan penyakit TBC  sehingga mereka mau memeriksakan diri dan setelah di periksa mereka mengidap penyakit ini. Dan sebagian besar mereka yang datang  memeriksakan diri berasal dari kelurahan tanganapada. Sedangkan pada masyarakat kelurahan  wajo dan lamangga lebih memilih pengobatan ke tempat dokter praktek.


5.      Distribusi Penyakit Menurut Orang
Tabel 5.1
Distribusi penyakit tuberkulosis
Menurut orang pada puskesmas wajo
Tahun 2006 s.d.2010
KELOMPOK


PENDERITA TUBERKULOSIS
 
  




JUMLAH
%
   UMUR
2006
2007
2008
2009
2010


    1 – 10
-
-
-
-
5
5
4,26
11 – 20
4
3
3
3
5
18
15,12
21 – 30
1
6
6
13
13
38
31,93
31 – 40
1
4
6
2
6
19
15,96
41 – 50
-
6
7
3
4
20
16,8
51 – 60
-
4
3
1
3
11
9,24
61 – 70
-
1
3
-
4
8
6,72
JUMLAH
6
23
28
22
40
119
100
         Sumber : data sekunder 2006 s.d 2010
Berdasarkan data tersebut kelompok  umur tertinggi adalah kelompok umur 21-30 tahun yaitu terdapat 38 penderita (31,93 %). Sedangkan penderita terendah terdapat pada kelompok umur 1 - 10 Tahun  yaitu terdapat 5 penderita (4,20 %).  Hal ini Karena pada kelompok umur 21 - 30 merupakan usia produktif. Adapun beberapa hal yang mempengaruhi meningkatnya penderita pada kelompok umur ini karena :
1.      Kebiasaan merokok
2.      Pekerjaan
3.      Tingkat pendidikan
4.      Status gizi
5.      Keadaan sosial ekonomi
6.      Perilaku

6.      Grafik Distribusi Penyakit Tuberkulosis Puskesmas Wajo Dari Tahun 2006 Sampai Tahun 2010.
Grafik 6.1
Grafik distribusi penyakit tuberkulosis di puskesmas wajo
Tahun 2006 sampai 2010

Sumber : data sekunder  2006 s.d. 2010
Berdasarkan grafik di atas di ketahui bahwa penderita Tuberkulosis tertinggi terdapat di kelurahan Tanganapada  dengan jumlah penderita sebanyak 31 orang (26,05). Karena pengetahuan dan kesadaran masyarakat  yang tinggi akan penyakit TBC  sehingga mereka mau memeriksakan diri dan setelah di periksa mereka mengidap penyakit ini. Dan sebagian besar mereka yang datang  memeriksakan diri berasal dari kelurahan tanganapada. Sedangkan yang terendah berasal dari kelurahn lain yang bukan merupakan wilayah kerja puskesmas wajo.

7.      Tren penyakit di puskesmas wajo dari tahun 2006 sampai 2010.
Grafik 7.1
Grafik tern penyakit Tuberkulosis Pada puskesmas Wajo
Dari tahun 2006 sampai 2010
Sumber : data sekunder 2006 s.d. 2010
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa dari tahun 2006 sampai 2010 terjadi peningkatan penderita. Hal ini karena upaya-upaya yang di lakukan pihak puskesmas mengalami keberhasilan. Adapun upaya-upaya yang di lakukan adalah preventif dan promotif melalui penyuluhan dan kuratif melalui pemeriksaan dahak.
Dengan upaya – upaya yang di lakukan oleh pihak puskesmas maka pengetahuan  masyarakat akan meningkat sehingga apabila di temukan gejala-gejala TBC, mereka langsung memeriksakan diri ke puskesmas. Sehinnga terjadi peningkatan. 


8.      Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis di Indonesia
Di Indonesia, TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TBC di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TBC didunia. Diperkirakan pada tahun XXXX, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang sedangkan angka kematian di Indonesia tahun XXXX sebesar 41/100.000 penduduk.
Survei pravelensi TBC yang di lakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993. Menunjukan bahwa pravelensi TBC di indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65 %. Sedangkan menurut laporan penanggulangan TBC Global yang di keluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insiden TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46 % di antaranya di perkirakan merupakan kasus baru.
Hasil survei kesehatan rumah tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukan bahwa Tuberkulosis merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 meruoakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveilance memperkirakan di indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insiden rate kira-kira 130 per 100.000. penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis di perkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC dari tahun ke tahun di indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di indonesia.


9.      SPOT MAP KELURAHAN

C:\Users\Adhien PopaliA\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\Foto4662.jpg



BAB VI
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan data penderita penyakit tuberkulosis pada puskesmas wajo kecamatan murhum dapat di simpulkan bahwa :
1.      Dari tahun 2006 sampai 2010 terjadi peningkatan penderita karena pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan penyakit Tuberkulosis meningkat  melalui penyuluhan  sehingga apabila di temukan tanda dan gejala TBC langsung memeriksakan diri ke tempat pusat pelayanan kesehatan.
2.      Berdasarkat kelompok umur dan jenis kelamin, penderita tertinggi terdapat pada kelompok umur 21 – 30 tahun yang merupakan usia produktif. Dan sebagian besar  di derita oleh laki-laki yang di sebabkan  karena kebiasaan merokok, tingkat pendidikan, pekerjaan, status gizi, keadaan ekonomi sosial, dan perilaku.
3.      Berdasarkan tempat, kelurahan Tanganapada merupakan tempat kejadian penyakit Tuberkulosis tertinggi di banding kelurahan yang lain karena sebagian besar penderita yang memeriksakan diri berasal dari tanganapada yang memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi sehingga mereka mau memeriksakan diri ke puskesmas. Sedangkan kelurahan lain ( wajo dan lamangga)  lebih memilih pengobatan ke dokter praktek.


2.      Saran

1.      Bagi puskesmas
Kinerja puskesmas sudah sangat baik, saran kami hanya  lebih meningkatkan lagi kinerjanya agar lebih baik lagi.

2.      Bagi masyarakat
Senantiasa menjaga kebersihan agar terhindar dari penyakit Tuberkulosis.

DAFTAR PUSTAKA

Natoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
WHO. WHO Recommended surveillance standards. WHO/CDS/ISR/992/EN/en/
WHO, Tuberculosis Morbidity in 1994, Weekly Epidemiological Record. Geneva, 1995.
http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/24/faktor-resiko-tbc.html
http://www.tbindonesia.or.id/tbnew/epidemiologi-tb-di-indonesia/article

Tidak ada komentar:

Posting Komentar