Jumat, 07 November 2014

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga terhadap penggunaan Plastik kemasan Makanan di Kelurahan Bukit Wolio Indah Kota Baubau.



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.        Latar Belakang
Penggunaan plastik sebagai kemasan makanan menyimpan bahaya yang mengancam kesehatan. Selain sulit terurai, jika plastik digunakan untuk menyimpan makanan yang masih panas, maka akan terjadi reaksi kimia antara plastik dengan makanan tersebut. Hal ini berkaitan dengan hubungan antara suhu dan laju reaksi, yaitu semakin tinggi suhu sistem maka laju reaksinya akan berjalan lebih cepat
Hampir semua makanan yang dijual di masyarakat menggunakan kemasan  berbahan plastik. Kemasan yang terbuat dari plastik itu dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, harganya murah, dan untuk mendapatkannya sangat mudah. Tetapi di balik segi positifnya tersebut, ternyata plastik memiliki potensi buruk bagi kesehatan masyarakat. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang kurang menyadari bahaya yang ditimbulkan penggunaan plastik sebagai pembungkus makanan (Anonim, 2009).
Selain itu, menurut para penjual makanan tersebut sejauh ini para pembeli tidak pernah mempermasalahkan penggunaan kantong plastic sebagai pembungkus makanan, padahal para pembeli tahu tentang bahayanya. Di sisi lain, isu-isu yang beredar di masyarakat menimbulkan kontroversi. kemasan makanan yang digunakan berasal dari plastik hasil daur ulang yang tidak terjamin mutunya. Dan disinyalir plastik dibuat dengan cara yang tidak steril, karena ternyata bahan utamanya adalah plastik-plastik bekas seperti bekas bungkus minuman dan makanan yang dikumpulkan oleh para pemulung. Proses daur ulang plastik bekas tersebut melalui pemulung, pengepul, pencacah, pabrik, dan selanjutnya dipakai oleh konsumen  (Dwi Aris, 2010).
Kekhawatiran terhadap penggunaan produk produk plastik yang berhubungan langsung dengan makanan manusia menjadi beralasan untuk diperhatikan, mengingat bahaya kandungan zat kimia pada produk plastik yang apabila terkonsumsi oleh tubuh bisa menyebabkan kanker (Anonim, 2008).
Selain berbahaya bagi makanan, penggunaan produk plastik seperti tas kresek, sedotan bagi kehidupan manusia juga sangat merugikan. Karena kandungan dari bahan plastik tidak mudah di urai oleh alam, atau butuh waktu selama 1000 tahun bagi alam untuk bisa mengurainya. Sementara bagi manusia, penggunaanya menuntut lebih banyak produksinya dibandingkan pemusnahannya. Setelah habis pakai, dengan mudah kita bisa singkirkan dari hadapan kita bersama dengan sampah organik lainnya dalam tong sampah (Sutrisno, 2006).
Plastik bisa menjadi bahan yang ramah bagi lingkungan jika digunakan dengan tepat berdasarkan prinsip faktor-faktor yang telah ditetapkan sebelumnya. Tapi, selain cara penggunaan  dan durasi penggunaan, pemilihan plastik yang tepat dan berkualitas juga tidak kalah pentingnya. Dengan memadukan cara penggunaan dan pemilihan bahan yang tepat, plastik bisa menjadi bahan yang ramah tanpa mengganggu kesehatan (Ikarowina Tarigan, 2009).
Mengingat resiko yang ditimbulkan dari penggunaan bahan plastik sebagai kemasan, maka salah satu solusi yang ditempuh adalah dengan mengetahui jenis-jenis plastik yang aman digunakan dan dapat sesuai dengan kriteria atau standar kemasan plastik yang telah ditetapkan oleh instansi pemerintah serta ramah bagi lingkungan.
Sacramento Tarigan selaku Kepala Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Medan, menghimbau agar masyarakat tidak menggunakan kantung plastik kresek berwarna untuk membungkus makanan siap santap. Peringatan tersebut terkait dengan bahaya plastik kresek, khususnya plastik berwarna hitam yang biasanya digunakan sebagai wadah gorengan yang panas. Jenis kemasan makanan yang diteliti oleh BPOM pusat yakni kantong plastik kresek, styrofoam, plastik polivinil klorida (PVC), plastik polietilen (PE) dan polipropilen (PP) dinyatakan bahaya untuk membungkus makanan siap santap.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa plastik tidak boleh digunakan sebagai penyimpan makanan. Oleh karena masih banyak masyarakat khusunya ibu rumah tangga belum menyadari bahwa plastik memiliki bahan-bahan berbahaya yang tidak baik untuk kesehatan manusia. Untuk itu, penulis tertarik  dan mengangkat penggunaan Plastik sebagai kemasan Makanan dalam sebuah penelitian dengan Judul ‘’ Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga terhadap penggunaan Plastik kemasan  Makanan di Kelurahan Bukit Wolio Indah Kota Baubau’’.
1.2.        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ‘’Adakah Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga terhadap penggunaan Plastik kemasan  Makanan di Kelurahan Bukit Wolio Indah Kota Baubau ?’’.
1.3.        Tujuan Penelitian
1.3.1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga terhadap penggunaan Plastik kemasan Makanan di Kelurahan Bukit Wolio Indah Kota Baubau.


1.3.2.    Tujuan Khusus  
1.     Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan  Ibu Rumah Tangga terhadap penggunaan Plastik kemasan Makanan di Kelurahan Bukit Wolio Indah Kota Baubau
2.     Untuk mengetahui Hubungan Sikap Ibu Rumah Tangga terhadap penggunaan Plastik kemasan Makanan di Kelurahan Bukit Wolio Indah Kota Baubau
1.4.        Manfaat Penelitian
1.4.1.    Manfaat Teoritik
Menambah Khasanah Ilmu kesehatan Masyarakat khususnya Kesehatan Lingkungan dan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian selanjutnya
1.4.2.    Manfaat Praktis
1.    Sebagai masukan kepada masyarakat akan bahaya plastic yang sering digunakan sebagai pembungkus makanan
2.    Sebagai tambahan pengalaman dan wawasan bagi peneliti tentang penggunaan plastic kemasaan makanan




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.    Tinjauan Umum Plastik
2.1.1.      Pengertian Plastik
2.1.2.      Macam-macam Plastik
Standar ini telah dikembangkan oleh asosiasi industri plastik di Amerika Serikat dengan melakukan pengkodean jenis plastik. Kode yang mengacu standar AS ini biasanya ada di bagian bawah wadah plastik berupa cetakan timbul bergambar panah yang membentuk segitiga dengan sebuah angka di dalamnya. Angka ini menunjukkan jenis plastik dan penggunaannya.Di bawah panah yang membentuk segitiga itu, kadang dicantumkan inisial kandungan kimianya. Biasanya symbol ini terdapat pada bagian bawah botol kemasan (Neo Mujahid, 2009) yaitu sebagai berikut :
1.     Polyethylene Terephthalate (PET, PETE)
PET biasanya dipergunakan di botol minuman dan jenisnya transparan, jernih/bening. Botol-botol dengan bahan ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Karena bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat atau panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker).

2.     High Density Polyethylene (HDPE)
Benda dengan kode HDPE bentuknya berwarna putih susu dan digunakan untuk botol susu, jus, air, kotak sereal, produk pencuci, galon air minum, kursi lipat, dan lain-lain. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya.
3.      Vinyl (Polyvinyl Chloride or PVC)
Bahan ini paling susah untuk didaur ulang dan biasa digunakan untuk pipa, kontruksi bangunan, plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Bahan ini lebih tahan terhadap bahan senyawa kimia, minyak, dll. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
4.     Low Density Polyethylene (LDPE)
Benda dengan kode LDPE biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek (madu, mustard). Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini.
5.     Polypropylene (PP)
Barang dengan kode ini merupakan pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum, tempat obat dan botol minum untuk bayi. Cirinya biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik.
6.     Polystyrene (PS)
PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, tempat CD, karton tempat telor, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf. Bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.
7.     Lainnya
Barang dengan kode ini bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, botol susu, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. Hindari bahan plastik Polycarbonate.
Kita harus bijak dalam menggunakan plastik, khususnya plastik dengan kode 1, 3, 6, dan 7 (khususnya polycarbonate). yang seluruhnya memiliki bahaya secara kimiawi. Ini tidak berarti bahwa plastik dengan kode yang lain secara utuh aman, namun perlu dipelajari lebih jauh lagi. Maka, jika kita harus menggunakan plastik, akan lebih aman bila menggunakan plastik dengan kode 2, 4, 5, dan 7 (kecuali polycarbonate) bila memungkinkan.



2.1.3.      Dampak Plastik Bagi Kesehatan
Menurut kajian dari National Institute of Health (NIH), plastik yang mengandung bisphenol-A sebagai bahan utamanya dapat mempengaruhi perkembangan otak pada janin dan bayi yang baru lahir. Bahan ini mampu merangsang pertumbuhan sel kanker atau memperbesar resiko keguguran kandungan.
Dalam plastik, agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan suatu bahan pelembut seperti yang telah dipaparkan di atas. Namun, penggunaan bahan pelembut ini yang justru dapat menimbulkan masalah kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut seperti PCB sekarang sudah dilarang pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian jaringan dan kanker pada manusia (karsinogenik). Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai yusho. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat.
Contoh lain dari bahan pelembut yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, plastik PVC yang menggunakan bahan pelembut DEHA dapat mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan pelembut ini ke dalam makanan. Data di Amerika Serikat pada tahun 1998 menunjukkan bahwa DEHA dengan konsentrasi tinggi (300 kali lebih tinggi dari batas maksimal DEHA yang ditetapkan oleh FDA/ badan pengawas obat makanan AS) terdapat pada keju yang dibungkus dengan plastik PVC (vhievhie, 2009).
DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormon kewanitaan pada manusia). Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, serta mengakibatkan kanker hati (vhievhie, 2009).
Meskipun dampak DEHA pada manusia belum diketahui secara pasti, hasil penelitian yang dilakukan pada hewan sudah sepantasnya membuat masyarakat  berhati-hati. Berkaitan dengan adanya kontaminasi DEHA pada makanan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Eropa telah membatasi ambang batas DEHA yang masih aman bila terkonsumsi, yaitu 18 bpj (bagian per sejuta). Lebih dari itu dianggap berbahaya untuk dikonsumsi. Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari terkontaminasi oleh DEHA, maka sebaiknya dicari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami, misalnya daun pisang dan daun jati (Akhmadi, 2009).
Bahaya lain yang dapat mengancam kesehatan adalah pembakaran bahan yang terbuat dari plastik. Seperti diketahui, plastik memiliki tekstur yang kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh karena itu, seringkali plastik dibakar untuk menghindari pencemaran terhadap tanah dan air di lingkungan (dari sektor pertanian saja, plastik di dunia setiap tahun mencapai 100 juta ton. Jika sampah plastik ini dibentangkan, maka dapat membungkus bumi sampai sepuluh kali lipat). Namun, pembakaran plastik ini justru dapat mendatangkan masalah tersendiri. Plastik yang dibakar akan mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan. Pembakaran PVC akan mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen manusia. Selain itu, juga dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat.
Pekerja-pekerja wanita dalam industri getah, plastik dan tekstil seringkali mengalami kejadian bayi mati dalam kandungan dan ukuran bayi yang kecil. Kajian terhadap 2,096 orang ibu dan 3,170 orang bapak di Malaysia pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 80% wanita menghadapi bahaya kematian anak dalam kandungan jika bekerja di industri getah dan plastik dan 90% wanita yang suaminya bekerja di industri pewarna tekstil, plastik dan formaldehida.
Selain itu, yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam industri makanan adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Contohnya adalah penggunaan kantong plastik hitam (kresek) untuk membungkus makanan seperti gorengan dan lain-lain. Menurut Made Arcana, ahli kimia dari Institut Teknologi Bandung yang dikutip Gatra edisi Juli 2003, zat pewarna hitam ini kalau terkena panas (misalnya berasal dari gorengan), bisa terurai, terdegradasi menjadi bentuk radikal. Zat racun itu bisa bereaksi dengan cepat, seperti oksigen dan makanan. Kalaupun tidak beracun, senyawa tadi bisa berubah jadi racun bila terkena panas. Bentuk radikal ini karena memiliki satu elektron tidak berpasangan menjadi sangat reaktif dan tidak stabil sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan terutama dapat menyebabkan sel tubuh berkembang tidak terkontrol seperti pada penyakit kanker. Namun, belum dapat dipastikan munculnya kanker ini disebabkan kantong plastik yang beracun atau karena faktor dari makanan itu sendiri. Hal ini perlu dibuktikan, karena banyak faktor yang menentukan terjadinya kanker, misalnya kekerapan orang mengonsumsi makanan yang tercemar, sistem kekebalan, faktor genetik, kualitas plastik, dan makanan. Apabila terakumulasi, bisa menimbulkan kanker.
Styrofoam yang sering digunakan orang untuk membungkus makanan atau untuk kebutuhan lain juga dapat menimbulkan masalah. Menurut Prof. Dr. Hj. Aisjah Girindra, ahli biokimia Departemen Biokimia FMIPA-IPB, hasil survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang berasal dari styrofoam (Iqmal Tahir, 2009). Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf. Penelitian di New Jersey lebih mengkhawatirkan lagi ditemukan 75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi styrene. Hal ini terjadi akibat si ibu menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa styrene bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-ibu yang sedang mengandung. Dalam jangka panjang, tentu akan menyebabkan penumpukan styrene dalam tubuh. Akibatnya bisa muncul gejala saraf, seperti kelelahan, gelisah, sulit tidur, dan anemia.
Selain menyebabkan kanker, sistem reproduksi seseorang bisa terganggu. Berdasarkan hasil penelitian, styrofoam bisa menyebabkan kemandulan atau menurunkan kesuburan. Anak yang terbiasa mengonsumsi makanan yang dibungkus styrene juga bisa kehilangan kreativitas dan pasif. Mainan anak yang terbuat dari plastik yang diberi zat tambahan ftalat agar mainan menjadi lentur juga dapat menimbulkan masalah. Hasil penelitian ilmiah yang dilakukan para pakar kesehatan di Uni Eropa menyebutkan bahwa bahan kimia ftalat banyak menyebabkan infeksi hati dan ginjal. Oleh karena itu, Komisi Eropa melarang penggunaan ftalat untuk bahan pembuatan mainan anak.

2.1.4.      Dampak Plastik Bagi Lingkungan
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan.
Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga.
Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan. (YBP, 1986).
Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Limbah daripada plastik ini sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu.
Sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada di Indonesia, penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup kita. Padahal apabila kita sadar, kita mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu dengan menggunakan kembali (reuse) kantung plastik yang disimpan di rumah. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah mengurangi limbah plastik yang dapat terbuang percuma setelah digunakan (reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja makanan di warung tiga kali sehari berarti dalam satu bulan satu orang dapat menggunakan 90 kantung plastik yang seringkali dibuang begitu saja. Jika setengah penduduk Indonesia melakukan hal itu maka akan terkumpul 90×125 juta=11250 juta kantung plastik yang mencemari lingkungan. Berbeda jika kondisi berjalan sebaliknya yaitu dengan penghematan kita dapat menekan hingga nyaris 90% dari total sampah yang terbuang percuma. Namun fenomena yang terjadi adalah penduduk Indonesia yang masih malu jika membawa kantung plastik kemana-mana. 
Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun. Akan memberikan akibat antara lain:
a.     Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah.
b.     Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.
c.      PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.
d.     Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.
e.     Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.
f.       Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan akan mudah diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun.
g.     Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastic.
h.     Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing laut menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya.
i.       Ketika hewan mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak akan hancur menjadi bangkai dan dapat meracuni hewan lainnya.
j.       Pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir.
2.1.5.      Cara Pencegahan
1.     Jangan menggunakan wadah plastik untuk kopi. Suhu tinggi dapat memudahkan  perpindahan bahan kimia dari plastik kedalam makanan. Bahan kimia dapat larut dengan mudah dalam cairan panas (kopi / teh panas) dan minuman  yang mengandung alkohol dan makanan atau minuman yang  asam atau banyak mengandung  minyak.
2.     Pilihlah wadah kaca atau gelas karena  pada umumnya tidak mudah terpengaruh oleh suhu Atau  pilihlah karton daripada plastik.
3.     Jika gelas menggunakan tutup plastik, hindari kontak dari tutup plastik tersebut dengan makanan atau minuman, setidaknya saat masih hangat.
4.     Batasi penggunaan non-stick cookware / anti lengket (beberapa bahan pelapis dari peralatan ini ada yang dilarang untuk digunakan), Lebih baik menggunakan  panci baja, tanah liat, porselen atau kaca bening untuk memasak.
5.     Hindari makanan yang terlalu berlemak yang dibungkus dengan plastik, misalnya keju, mentega, daging.
6.     Berhati-hatilah terhadap kemasan-kemasan, kaleng logam misalnya, yang  dilapisi plastik untuk  wadah makanan berlemak.
7.     Jika Anda punya bayi, lebih baik memilih botol kaca.
Tetapi jika Anda tidak bisa menghindari penggunaan wadah  plastik karena alasan tertentu, setidaknya anda harus  memastikan bahwa anda menemukan nomor kode atau tanda pada kemasan plastik tersebut, dan tentu saja  Anda harus memilih kode yang dianggap lebih aman.
8.     Hindari untuk penggunaan  peralatan plastik untuk makanan panas.
9.     Jangan pernah membungkus minuman yang sangat panas, seperti kopi atau teh dalam gelas atau wadah plastik.
10.  Jangan menyimpan cairan yang sangat asam atau minyak dalam botol plastik.
11.  Jangan menggunakan wadah plastik yang dirancang khusus untuk wadah  makanan tertentu untuk menyimpan makanan atau minuman lain, misalnya botol air kemasan untuk minyak.
12.  Jangan menyimpan makanan dalam wadah plastik pada saat masih panas. Biarkan dingin terlebih dahulu.
13.  Sebaiknya patuhi  aturan yang mengatakan bahwa botol air plastik yang aman adalah yang hanya digunakan satu kali saja. Jangan menggunakannya untuk wadah air atau cairan lainnya berulang kali!
14.  Jangan menggunakan gelas dan piring plastik yang dirancang  untuk penggunaan tunggal berkali-kali.
15.  Bacalah petunjuk pada kemasan makanan (misalnya : hindari  botol air terkena suhu tinggi) dan ikutilah petunjuk ini dengan baik.
16.  Jika anda makan makanan berlemak yang dikemas dalam wadah plastik, iris tipis dan buang seluruh permukaan makanan yang terkena permukaan plastik.
17.  Jangan pernah mencuci piring plastik dalam mesin cuci piring. Cucilah hanya dengan tangan, jangan menggosok terlalu keras dan jangan  menggunakan pembersih yang keras.
18.  Pastikan untuk membuang setiap wadah plastik yang rusak atau memiliki goresan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar