A.
Pengertian
Penelitian
Case Control adalah suatu penelitian analitik
yang menyangkut bagaimana factor risiko dipelajari dengan menggunakan
pendekatan “retrospective”. Case
Control dapat dipergunakan untuk mencari hubungan seberapa jauh factor risiko mempengaruhi
terjadinya penyakit mis: hubungan antara kanker serviks dengan perilaku
seksual, hubungan antara tuberculosis anak dengan vaksinasi BCG atau hubungan
antara status gizi bayi berusia 1 tahun dengan pemakaian KB suntik pada ibu. Rancangan
penelitian Case Control ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Skema
12.3
Rancangan
Penelitian Case Control



Faktor risiko (-)
Populasi (sampel)


Faktor risiko (-)
Desain
Case control sering dipergunakan para peneliti karena dibandingkan dengan
kohort, ia lebih murah, lebih cepat memberikan hasil dan tidak memerlukan
sampel yang besar. Bahkan untuk penyakit yang jarang, case control merupakan
satu-satunya penelitian yang mungkin dilaksanakan untuk mengindentifikasi
factor resiko.
Misalnya,
kita ingin menentukan apakah pemberian esterogen pada ibu pada periode sekitar
konsepsi mempertinggi risiko terjadinya kelainan jantung bawaan. Dengan mengetahui
bahwa insiden penyakit jantung bawaan pada BBL dari ibu yang tidak mendapat
esterogen adalah 8 per 1000.
·
Pada studi kohort diperlukan ±4000 ibu
tepajan dan 4000 ibu tidak terpajan factor risiko untuk dapat mendeteksi
potensi peninggian risiko sebanyak 2x
·
sedangkan dengan Case Control hanya diperlukan 188 kasus dan 188 kontrol.
Bila yang diteliti adalah kelainan jantung yang khusus,
misalnya malformasi konotrunkus yang kekerapannya hanya 2 per 1000 maka
·
untuk penelitian kohort diperlukan
15.700 ibu terpajan dan 15.700 ibu tidak terpajan esterogen
·
sedangkan untuk Case Control tetap hanya diperlukan 188 kasus dan 188 kontrol.
B.
Tahapan
penelitian Case Control
Tahap-tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi
variable-variabel penelitian (factor risiko dan efek)
b. Menetapkan
objek penelitian (populasi dan sampel)
c. Identifikasi
kasus.
d. Pemilihan
subjek sebagai control.
e. Melakukan
pengukuran “retrospktif” (melihat ke belakang) untuk melihat factor resiko
f. Melakukan
analisis dengan membandingkan proporsi abtara variable-variabel objek
penelitian dengan variable control.
Contoh
sederhana : penelitian ingin membuktikan hubungan
antara malnutrisi pada anak balita dengan perilaku pemberian makanan oleg ibu.
Tahap pertama : mengindentifikasi
variable dependen (efek) dan variable-variabel independen (factor risiko)
·
variable dependen : malnutrisi
·
variable independen : perilaku ibu dalam
memberikan makanan.
·
variable independen yang lain : pendidikan ibu, pendapatan keluarga,
jumlah anak dsb.
Tahap kedua : menetapkan
objek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian. Objek penelitian di
sini adalah pasangan ibu dan balita daerah mana yang dianggap menjadi populasi
dan sampel penelitian ini.
Tahap ketiga : mengindentifikasikan
kasus, yaitu anak balita yang menderita malnutrisi. Yang dimaksud kasus di sini
adalah anak balita yang memenuhi criteria malnutrisi yang telah ditetapkan.
Misalnya berat per umumnya kurang dari 75% standar Havard. Kasus diambil dari
populasi yang telah ditetapkan.
Tahap keempat :
pemilihan subjek sebagai control, yaitu pasangan ibu-ibu dengan anak balita
mereka. Pemilihan control hendaknya didasarkan kepada kesamaan karakteristik
subjek pada kasus. Misalnya cirri-ciri masyarakatnya, social ekonominya, letak
geografis dsb. Pada kenyataannya memang sulit untuk memilih kelompok control
yang mempunyai karakteristik yang sama dengan kelompok kasus. Oleh sebab itu
sebagian besar cirri-ciri tersebut kiranya dapat dianggap mewakili.
Tahap kelima
: melakukan pengukuran secara retrospektif, yaitu dari kasus (anak balita yang
malnutrisi) itu diukur atau dinyatakan kepada ibunya dengan ,menggunakan metode
“recall” mengenai perilaku atau
kebiasaan memberikan makanan kepada anaknya. Recall disini maksudnya menanyakan kepada ibu anak balita kasus tentang
jenis-jenis makanan serta jumlahnya yang diberikan kepada anak balita selama
periode tertentu. Biasanya menggunakan metode 24 jam (24 hours recall).
Tahap keenam
: melakukan engolahan dan analisis data. Analisis data dilakukan dengan
membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan yang kurang baik dalam hal
memberikan makanan kepadsa anaknya pada kelompok kasus, dengan proporsi
perilaku ibu yang sama pada kelompok control. Dari sini akan diperoleh bukti
atau tidak adanya hubungan antara perilaku pemberian makanan dengan malnutrisi
pada anak balita.
C.
Kelebihan
Rancangan Penelitian Case Control
a. Adanya
kesamaan ukuran watu antara kelompok kasus dengan kelompok control
b. Adanya
pambatasan atau pengndalian factor resiko sehingga hasil penilitian lebih tajam
disbanding dengan hasil rancangan cross
sectional
c. Tidak
menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau cohort
d. Tidak
memerlukan waktu lama (lebih ekonomis)
D.
Kekurangan
Rancangan Penelitian Case Control
a. Pengukuran
variable yang retrospektif, objektifitas dan reliabilitasnya kurang karena
subjek penelitian harus mengingat kembali factor-faktor risikonya,
b. Tidak
dapat diketahui efek variable luar karena secara teknis tidak dapat
dikendalikan
c. Kadang-kadang
sulit memilih control yang benar-benar sesuai dengan kelompok kasus karena
banyaknya factor resiko yang harus dikendalikan.
SUMBER :
http://ranumra.blogspot.com/2013/01/definisi-metode-penelitian-case-control.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar